Wednesday, December 12, 2018

Adakalanya



Adakalanya saya berpikir, apa artinya semua ini?
Saya berusaha dengan keras dan mengorbankan masa remaja saya untuk impian itu
Tapi nyatanya saya tidak bisa meraihnya

Adakalanya saya berpikir, apa maksud dari semua ini?
Saya berupaya dengan sekuat tenaga untuk melakukan yg terbaik agar bisa membahagiakannya
Tapi nyatanya beliau yg saya sayangi pergi tanpa pernah bisa melihat betapa keras upaya saya bagi pembahagiaannya

Adakalanya saya berpikir, kenapa Tuhan menempatkan saya diposisi ini?
Saya juga ingin seperti yg lainnya, tertawa tanpa beban
Dan melakukan semua hal yg diinginkan tanpa peduli dg yg lainnya
Tapi nyatanya sekali lagi saya juga tidak bisa

Adakalanya saya berpikir apa arti dari semuanya?
Saya bertemu denganmu di persimpangan jalan itu
Merajut hari-hari bersamamu, mencipta sedih, senang, amarah, benci, tawa dan semua rasa itu
Tapi nyatanya semuanya hanyalah sesaat dan kini kita kembali seperti sedia kala, bagaikan orang asing yg tak pernah bersua sebelumnya

Sementara...
Hati saya tidak bisa kembali seperti sedia kala

Ketika bertemu denganmu, saya berpikir 
"Ah, akhirnya aku menemukanmu"
Tempat ternyaman untukku bersandar
Tempat ternyaman utk ku bagi keluh kesahku
Tempat ternyaman utk ku berhenti melepas lelah
Tapi, sayang sekali lagi hanya saya yg merasakan sendiri

Sementara kamu... 
Memiliki hati lain yang kamu jaga dengan segenap perasaanmu

Apakah saya menangis?
Jangan bertanya seperti itu, karena kamu pasti lebih tahu bahkan melebihi diri saya sendiri
Kamu tahu betapa mudahnya cairan bening itu menetes dari mata membasahi pipi
Tapi, sekalipun begitu kamu tidak bisa lagi berhenti dipersimpangan jalan itu untuk menghapus air mata itu
Kamu tetap meneruskan langkahmu dengan pasti
Tanpa peduli saya merintih tersakiti

Apakah saya membenci?
Andai bisa, akan saya lakukan...
Saya ingin membencimu, mengutukmu dan memakimu dg segala sumpah serapah
Tapu nyatanya, saya tidak bisa
Saya tidak bisa bahkan hanya sekedar membenci
Karena betapa sakitnya saya tersakiti 
Kamu tetaplah pemilik hati saya ini
Entah sampai kapan..

Apakah sampai rambut saya memutih?
Saya tidak tahu, karena hingga pagi ini
Ketika saya mengetikkan kalimat-kalimat aneh di ruang kosong ini
Air mata saya menetes tanpa henti
Dan masih selalu kamu yang menjadi alasan kenapa ia jatuh

Pasuruan, 12 Desember 2018

Angan



Terkadang, saya iri pada orang-orang yg bisa dengan mudahnya melupakan
Dan beralih pada hidup baru yg membahagiakan
Sementara saya, masih terpaku pada satu lelaki itu saja
Entah apakah ini bentuk dari setia, ataukah hanya kenaifan semata?

Pernah saya berkata pada diri, bahwa saya juga harus bahagia
Saya juga pantas bahagia seperti yang lainnya
Saya harus beranjak dari luka itu agar segera sembuh
Tapi nyatanya, disaat sepi dan sendiri saya malah mengingat kembali semua kenangan itu
Dan membuat luka yg menoreh menjadi lebih perih

Berkali-kali pula saya memaki diri
Bahwa saya harus sadar, karena kamu sudah memilih untuk pergi
Dan tidak akan kembali lagi
Tapi, hati saya masih menyimpan harap itu
Jika suatu hari nanti kamu akan kembali dg cara yg mengagumkan
Meski nyatanya saya tahu itu hanyalah sebuah angan-angan

Tapi, taukah kamu bahwa angan-angan itulah yg membuat saya mampu bertahan?
Hingga hari ini, hingga detik ini

Ah, akan terlalu banyak tapi ketika kamu menjalani apa yang tidak bisa di jalani
Sama seperti apa yg ada di kepala kecil saya


Ia terlalu abu-abu, hingga semua yg dipikirkannya hanyalah sebuah harapan semu

Pasuruan, 9 Desember 2018

Perjalanan



Hidup adalah sebuah perjalanan
Perjalanan datang dan pergi
Dan perjalanan meninggalkan dan ditinggalkan

Namun semuanya tidak mudah
Kadang kita menemui perjalanan yg menyenangkan
Dan terkadang juga, perjalanan yg kita tempuh begitu terjal dan memilukan

Kita tidak pernah tahu
Kemana tadir membawa kaki kita melangkah
Kemana sebenarnya tujuan dari perjalanan kita
Yang kita tahu, kita hanya perlu mengikutinya
Berjalan setapak demi setapak sesuai kemampuan kita
Tanpa pernah tahu, dimana sebenarnya tujuan akhir kita

Sama seperti perasaan itu, yang tiba-tiba hadir dan mengetuk pintu yang disebut hati
Ia tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang
Ia hanya bisa merasakannya, sama seperti hembusan angin
Namun bedanya, hembusan angin bisa cepat datang dan pergi
Tapi, perasaan itu mudah datang tapi enggan untuk pergi
Sekalipun berkali-kali kamu paksa berhenti

Semakin kamu paksa untuk pergi, ia malah akan semakin erat
Menjerat hatimu yg semula bebas
Semakin kamu paksa untuk menghapusnya, ia malah akan semakin nyata
Membuatmu berpikir ribuan kali untuk menekan tombol delete di hatimu
Semakin kamu paksa untuk melupakannya, ia malah semakin kuat
Mendekapmu dengan rindu, yang tak kan bisa kamu hindari meski kamu pikir mampu

Perasaan itu juga perjalanan, perjalanan untuk menemukan pelabuhan terakhirnya
Sama seperti perasaanku, ia juga perjalanan menujumu

Hidup adalah perjalanan
Sama seperti perasaanku yang berjalan menujumu
Dengan harapan kamu akan menjadi teman seperjalanku sampai akhir
Apakah aku boleh berharap?
Bolehkah aku mengamini harapku ini?

Ah, aku melantur lagi hari ini...
Untuk kesekian kali, aku melantur dan masih tentang kamu



Pasuruan, 20 November 2018

Hingga Detik Ini



Aku tidak tahu, mengapa hingga detik ini masih selalu kamu
Yang bertahta dan merajai hati ini
Aku tidak tahu, mengapa setiap hal kecil,
Mampu membuat ingatanku kembali pada sesosok kamu
Seperti pembicaraan singkat dengan rekan kerja beberapa menit lalu
Membuatku kembali teringat akan cerita yang pernah kamu bagi dulu

Aku lelah, lelah mengingat semua kenangan yang hanya membuatku luka saja
Aku lelah, lelah memegang harapan pada sesuatu yang tanpa arah
Aku lelah, lelah mencoba untuk melupa tapi tidak kunjung berhasil juga

Lantas, katakan kepadaku, aku harus apa?

Aku tak pernah tahu, jika mengenalmu bisa membuat hidupku menjadi seperti sekarang ini
Aku tak pernah tahu, jika kehadiran singkatmu itu menjadi sebuah kenangan yang berarti bagiku
Aku tak pernah tahu, jika rasa yang tak pernah kupikir akan ada untukmu,
Tiba-tiba hadir dan enggan untuk pergi

Di dunia ini ada hal-hal yang kita pikir tidak masuk akal,
Namun tetap terjadi juga
Sama dengan perasaanku padamu yang kupikir tidak masuk akal untuk ada,
Namun ia hidup di hati hingga detik ini, sekalipun berulang kali kupaksa mati

Katakan kepadaku caranya untuk berhenti?

Aku ingin berhenti menjadikan kamu sebagai satu-satunya yang bertahta di sana
Aku ingin berhenti mengingatmu setiap waktu dan membuang air mataku dengan percuma
Aku ingin berhenti mengejar sosok mu yang telah lama pergi dan enggan tuk kembali
Tapi, hingga detik ini aku masih saja tak bisa membuang pergi

Semua kisah-kisah yang pernah kamu bagi cerita selalu berputar dalam kepala
Tiap kali rindu padamu datang menyapa
Semua kata-kata yang pernah terucap dari bibirmu selalu tertanam dalam kepala
Tiap kali lelah dan jenuh datang mendera

Lantas, bagaimana caraku untuk menyerah?

Cinta adalah sesuatu hal yang sangat misterius bukan?
Ia datang mengendap-endap dan menjadikan hati ini sebagai sarangnya
Ia datang tanpa permisi dan menetap tanpa niat untuk pergi
Sekalipun pernah berkali-kali ku ingkari

Hingga detik ini,
Ku akui bahwa rasa itu masih ada dan tetap sama
Tak berkurang sedikitpun meski waktu dan jarak membuat terpisah
Sekalipun berbagai usaha kulakukan untuk membuatnya sirnah
Tapi semua usaha itu sia-sia

Namun, aku sadar bahwa perasaan itu hanyalah aku yang punya
Tak akan pernah mendapat sambutmu meski hanya sedetik saja
Karenanya, aku masih memperdalam upaya untuk membuatnya sirnah
Membuang rasa yang ku sebut sebagai cinta


Untukmu satu hati yang tidak pernah menganggapnya berharga

Sidoarjo, 13 November 2018

Kepercayaan


Membangun sebuah kepercayaan itu sulit, tapi menghancurkannya begitu mudah"

Pernahkah kamu menyadari itu?
Ah, mungkin tidak...
Karena kini kamu hanya berfokus pada bahagiamu saja
Tanpa pernah kamu sadari bahwa ada seseorang yg sedang menanti
Menanti sebuah kata ma'af yang terucap dari bibir kecilmu

Apakah ia berlebihan?
Atau, ia keterlaluan?
Mungkin, bagimu mengucapkan satu kata itu adalah sebuah penghinaan untukmu
Karena kamu merasa dituntut untuk mengucapkan satu kata itu
Sementara kamu tidak pernah tahu dimana letak kesalahanmu

Tapi, pernahkah kamu hanya sekedar mengatakannya saja tanpa harus berpikir?
Pernahkah kamu menekan egomu untuk mengucapkan satu kata itu?

Percaya atau tidak, satu kata itu teramat berarti bagi seseorang
Seseorang yg dulu pernah ada dan selalu disampingmu
Seseorang yg pernah rela melakukan apapun untukmu
Seseorang yang hanya kamu anggap sebagai angin lalu
Sementara ia sebaliknya, meletakkanmu sbg semesta baginya

Taukah kamu siapa dia?
Dia yang pernah kamu panggil teman
Dia yg kamu kenalkan kepada dunia sebagai sahabatmu
Dia yg pernah teramat berharga bagimu
Yang tanpa kamu sadari, ia pulalah yg pernah tersakiti oleh sikapmu

Kamu mungkin tak lagi berpikir tentangnya
Kamu tidak peduli akannya, asalkan kamu bahagia
Tanpa pernah kamu tahu bahwa ia masih duduk dg setia untuk menunggumu
Menunggu kamu mengucapkan satu kata penuh makna itu
Agar ia dapatkan kembali kepercayaannya 
Bahwa kamu masilah orang yang sama
Orang yg pernah ia letakkan rasa percayanya padamu, dengan seluruh
Yang kemudian kamu hancurkan begitu saja


Tanpa pernah peduli hatinya yg kembali tergores luka darimu

Pasuruan, 6 November 2018

Status


Saya berada disini sekarang. Di tempat dimana saya pernah merengek kepada kamu untuk mengantarkan saya mengadu nasib disini.

Saya pernah mendengar mereka berkata bahwa kamu pernah mengantarnya kesini. Dan saya pikir, tidak ada pengecualian pula untuk saya ketika saya meminta hal yg sama. Namun nyatanya saya salah.

Ada perbedaan antara status seseorang yg tak pernah saya mengerti. Saya pikir, saya sama dengannya. Jika kamu bilang iya, kepada dia, knp tdk untuk saya? Tetapi tidak. Akan selalu ada iya darimu untukknya, tapi tidak dengan saya.

Saya paham betul sekarang, bahwa status dia lebih tinggi dibandingkan dg saya. Dia sempurnah kecantikannya, kecerdasannya bahkan kekayaannya. Sementara saya, hanyalah remah roti jika dibandingkan dengan ia yg sempurnah. Karenanya bukan salahmu jika kamu lebih memilih dirinya dibandingkan dg saya.

Tapi, saya tidak salah juga bukan? Karena sejak awal entah bagaimana saya tidak pernah tahu bahwa rasa yang saya yakini tidak akan ada untukmu itu, nyatanya telah menyusup diam-diam, dan tak mau pergi lagi. Bahkan hingga detik ini, ketika kaki saya melangkah di kota asing ini. Tiba-tiba saja perasaan itu muncul kembali dg harapan bahwa saya bisa menemukanmu diantara keramaian orang2 asing ini.

Saya bodoh bukan? Atau terlalu naif? Ah, keduanya tak ada beda bukan. Karena setiap kali rasa itu hadir kembali, rindu itu mengetuk pintu hati. Dan saya menjadi orang yg lebih bodoh lagi, karena berharap bahwa kamu akan tahu suatu hari nanti tentang apa yg tersimpan dalam hati ini.

Surabaya, 5 November 2018

Catatan Untuk Sahabat


Ketika kamu terluka, kamu merasa bahwa dirimu adalah yang paling menderita di dunia. Tanpa pernah kamu sadari bahwa . Ada orang lain yang bahkan lebih menderita daripadamu.

Kamu merasa iri melihat mereka yang bisa bermanja dg keluarga utuh mereka. Sementara kamu, bahkan hanya utk menggenggam tangan hangat ibumu pun tak bisa, karna sudah habis masa. Kamu merasa iri, melihat mereka yang di dampingi ibu mereka saat sakit. Mendapat pelukan hangat yg tidak pernah bisa di beli oleh apapun. Dan detik itu pula, disaat kamu merasa iri kepada mereka kamu merasa kamulah yg paling menderita.

Tapi, pernahkah kamu sadari bahwa ada dari mereka yg bahkan tak pernah sedikitpun menyentuh kasih sayang ibu. Ada dari mereka yg bahkan berjuang sendiri sedari kecil hanya utk bertahan hidup. Dan ketika begitu, apa kamu berasa beruntung? Di atas penderitaan orang lain?

Tidak, tentu tidak. Saya tdk bisa bayangkan jika saya yg berada diposisi itu. Meregang nyawa utk melahirkan malaikat kecil kedunia tanpa ditemani oleh seorangpun. Tanpa ada yg mengajarkan kpd kita bagaimana cara kita akan merawatnya dan membesarkannya nanti. Bahkan, sebelum mengalaminya sndri air mata saya sudah menggenang dipelupuk mata.

Betapa kuatnya ia sebagai seorang wanita yg sempurnah. Betapa mulianya ia akan disebut sebagai seorang ibu dimana ialah pemilik surga ditelapak kakinya. Dan betapa bersyukurnya ia karena hidupnya selanjutnya akan ditemani oleh malaikat kecil itu hingga tua nanti.

Dari semua itu saya belajar satu hal. Bahwa hidup akan berjalan meski tak sesuai yg kamu mau. Dan kamu tdk boleh hanya berhenti pada saat-saat itu, saat kamu jatuh kamu harus yakini bahwa kakimu masih sanggup untuk berdiri lagi menginjak bumi. Dan satu hal yg harus selalu kamu letakkan pada hati dan pikiranmu. Bahwa Tuhan, tdk akan memberika ujian tanpa rencana pembahagiaan.

Sahabat...
Hidup adalah perjalanan
So, kuatkan kakimu utk bisa melangkah lebih jauh lagi



# To Sahabat : thanks utk pelajaran hidup yg pernah kamu bagi 

Pasuruan, 27 Oktober 2018

Berkata Pada Hati




Kamu tahu?
Betapa susahnya berkata pada hati bahwa ia salah
Bahwa ia tidak benar
Tak sepantasnya ia jatuh pada hati yg telah dimiliki oleh orang lain
Tapi, tetap saja ia tidak bisa memilih
Kepada siapa ia akan jatuh dan berlabuh

Beribu kata hujatan ku berikan pada diri
Beribu kebencian tertanam pada hati yg nyatanya kumiliki sendiri
Beribu kata kutanamkan tak hanya di kepala namun pada hati juga
Bahwa ia salah, ia tidak benar
Dan aku harus berhenti sebelum menjadi semakin tersakiti

Tapi apa?
Semua seolah mengingatkanku padamu
Lampu jalanan yg redup itu
Gang-gang kecil tempat dimana kita pernah telusuri dulu
Hujan yang turun di senja hari
Bahkan lagu itu, 
Bersenandung seolah selaras dg apa yg dirasa oleh hatiku

Tangisku tak henti seketika
Meresapi semua arti dari lagu yg berdendang
Seolah kenangan dan semua memory tentangmu berulang kembali
Sama seperti lagu itu, yg akan kembali terdengar ketika ia mencapai pada bait reff nya lagi

Oh Tuhan...
Hapuskan rasa ini untukku, 
Cukupkanlah ia sampai disini saja
Aku tak ingin ia semakin menderita
Pada satu cinta yang salah
Aku tak ingin ia semakin menderita
Karena berharap pada sesuatu yg bahkan sejak awal tak ia punya

Pasuruan, 24 Oktober 2018

Jatuh Cinta Sendiri



Kamu tahu apa yg menyakitkan dari cinta?
Sendirian..
Ya, jatuh cinta sendirian adalah luka tanpa adanya darah

Terkadang kamu merasa iri
Pada mereka yg bisa saling menggenggam 
Sementara kamu, hanya terdiam dan berpikir
Ah, bagaimana rasanya?
Kala tangan lain menggenggam tanganmu & menyalurkan kehangatan?

Kamu pun merasa iri kepada mereka yg saling dpt bersandar
Sementara kamu, hanya dapat menerka
Ah, bagaimana rasanya?
Apakah kamu dapat membagi lelahmu dan bersandar di pundaknya?

Rasanya menyenangkan, melihat orang2 dengan cinta yg berbalas
Sementara kamu, hanya bisa berdiam dan memeluk diri sendiri
Membangun benteng yg kuat tuk lindungi hatimu agar tdk patah
Namun, tanpa kamu tahu, ia bahkan telah berdarah sebelum dipatahkan

Menyakitkan...
Tapi, kamu tdk bisa menghindar
Kamu tdk bisa menolak perasaan itu untuk ada
Sekeras apapun hatimu ingkar
Tetap saja rasa itu berdiam di dasar hati sana
Berharap mencapai bahagia, meski hanya ada asa tanpa nyata

Jika saja cinta dpt memilih kpd siapa ia akan jatuh
Maka tdk akan ada cinta tak berbalas
Hatinya akan cenderung memilih utk jatuh kpd hati yg juga memilihnya
Namun nyatanya itu hanyalah sebuah "jika" yg tak lebih hanyalah sebuah kata pengandaian 
Sementara fakta, tdk berdasar pada sebuah keinginan dari pengandaian semata

Namun, satu hal yg perlu kamu tahu pada ia yg jatuh cinta sendirian
Kamu kuat, orang terkuat yg pernah ada
Karena kamu menjaga hatimu untuk tetap setia
Pada ia yg nyatanya hanya menganggap hatimu sebagai angin lalu
Kamu berhati besar, orang paling sabar yg pernah ada
Karena kamu ttp berpikir baik pada ia yg menyakitimu dan membuatmu terluka tanpa adanya darah
Meski pada akhirnya, kamu juga harus ingat untuk menyerah
Karena hati dan cintamu terlalu indah
Hanya untuk kamu buang sia-sia

Pasuruan, 23 Oktober 2018

Egois

Kamu bilang saya egois. Tapi..bagaimana dengan kamu? Pernahkah kamu melihat pada dirimu sendiri?

Kamu mementingkan diri kamu sendiri meski kamu tahu ada yg tersakiti disini. Kamu mengabaikan ia yg pernah berjuang untukmu.

Bagimu, bukan urusanmu jika ia berjuang untukmu karna bukan kamu yg memintanya melainkan dirinya sendiri. Bagimu ceritamu dg nya telah berakhir sejak saat itu. Sejak kamu berhasil mencapai titik tertinggi dalam impianmu.

Kamu pergi tanpa perlu berpikir untuk kembali. Kamu melangkah maju tanpa pernah tahu bahwa ada yg setia menunggumu di belakangmu. Kamu ttp berjuang menggapai masa depan yg lebih baik, tanpa peduli bahwa ia yg pernah berjuang untukmu sedang tertatih untuk bisa berdiri kembali. Lantas katakan padaku, siapa yang lebih egois?

Kamu acuh dan tak peduli karna ia pernah menyinggung egomu. Ego yg sangat kamu tinggi-tinggikan itu. Tanpa kamu tahu bahwa ia melakukan itu agar kamu dpt menjadi lebih kuat jika menghadapi yg lebih dari itu di kemudian hari.

Kamu membencinya, karena mengganggu kesenanganmu. Kesenangan yg kamu pikir akan berlangsung selamanya jika saja ia tdk datang. Tanpa pernah kamu tahu, bahwa ia melakukan itu karna ia percaya padamu dan berharap kamu sebagai tempat bergantung.

Tapi kamu masa bodoh. Bagimu karna itu sudah tidak lagi membawa keuntungan bagimu, kamu melepasnya
Bagimu karna kamu sudah bisa berdikari tanpanya, kamu melenyapkannya.

Kamu menutup setiap lembaran cerita dengannya sesukamu sesukamu. Apakah kamu pernah sadari? Tidak kah pernah terlintas dalam benakmu bahwa ceritamu dgnya belum berakhir. Mungkin bagimu selesai, tapi tdk bagi ia. Ia yg terlalu bodoh untuk menunggu dg setia untukmu.

Untukmu yang berada jauh disana. Yang ingin cerita ini berakhir pada saat berpisah detik itu juga. Kuucapkan selamat, selamat karena kamu berhasil menjadikan ia menjadi seseorang yg pernah begitu bodoh. Karena memberikan sebagian hatinya untukmu dan bersetia menunggu hingga ia jemu. Meski mungkin, kata jemu itu tak akan mencapai akhir...

Pasuruan, 23 Oktober 2018

Hati



Hati...
Pernahkah kamu bertanya kepadanya? Kenapa ia berwajah jantung? Kenapa ia tidak bersimbol wujudnya sendiri? Apakah kamu tahu kenapa? Katanya, karena ia mudah berbolak-balik. Hingga ia tak menemukan wujudnya yang sebenarnya. Benarkah begitu?

Hati...
Entah mengapa, aku ingin menangis ketika berbicara tentangnya. Aku mengenal satu hati. Ia rapuh, namun selalu mencoba untuk kuat. Berkalipun ia dibenci, dicaci, dimaku dan diabaikan.Ia tetap berusahan untuk tetap tegar. Berusaha untuk tetap menerima dengan penerimaan yang baik. Walaupun ia merasa lelah,. Mengapa ia tidak seperti kata orang-orang yang bisa berbolak balik? Ia tetap setia pada satu hati lain yang ia jaga. Hingga setik ini, ia masih belum bisa berpaling darinya. 

Hati itu...?
Ah, tak usah ku jelaskan siapa dia. Kamu pasti tahu, kamu mengenalnya dengan baik. Bahkan melebihi hati itu mengenal dirinya sendiri. Ia satu hati yang berbeda, yang menjaga dirinya hanya untuk kamu. Hati lain yang dicintainya.

Pasuruan, 18 Oktober 2018

Hai




Hai...
Satu kata itu ingin ku ucapkan lagi padamu. Untuk memulai semuanya kembali seperti dulu. Menghapus jarak dan waktu yang sudah menjadikan kita terpisah jauh.

Hei...
Satu kata itu, nyatanya hanya tersimpan dalam kebekuan lidahku. Hanya mampu ku tulis di ruang kosong ini, tanpa berani memencet tombol send padamu.

Hello...
Satu kata itu yang kuharap mampu menyampaikan semua rinduku padamu. Namun nyatanya bahkan untuk mengetik satu kata itu padamu, aku tidak mampu.

Bukan karena tidak ingin, tapi karena tidak mampu. Aku tak mampu lagi menerima pengabaian darimu. Aku tak sekuat dulu, yang selalu menerima pengabaianmu, namun tetap bertahan di samping mu dan mengganggumu.

Tapi, sekarang, ku pikir cukup. Hatiku cukup berhenti pada rasa sakit saat itu. Aku tak ingin dia tersakiti lagi. Dia berhak untuk bahagia. Karenanya, sekalipun rasa rindu yang tiada pupus itu masih tertuju padamu. Aku akan tetap menyimpannya dalam-dalam. Betapapun sakitnya itu.

Hai...
Satu kata itu, akan selalu terucap oleh bibir kecilku. Saat menjelang atau ketika aku bangun tidur. Pada sosokmu yang dekat denganku, meski hanya berupa gambar semu.

Hai...
Tepat malam ini, aku ucapkan kata itu secara tidak langsung. Tuk tunjukkan bahwa malam ini. Entah kenapa, angin menginginkan aku untuk menyampaikan pesan padamu. Bahwa ia rindu, padamu.. Ya, kamu..

Pasuruan, 18 Oktober 2018

Mengenangmu



Mengenang adalah salah satu cara seseorang melepas rindu. Ketika pertemuan kembali menjadi sesuatu yang sampai kapanpun tak akan pernah mencapai nyata. Maka, kamu hanya perlu menyelusuri memory di otak kecilmu, dan berjalan menjelajahi kenangan-kenangan itu. 

Aku tak pernah ingin mengenangmu, seberapa keraspun aku berusaha untuk melepas rindu. Karena aku ingin merasakan kesakitan itu dan memeluknya erat, agar aku dapat selalu ingat bahwa aku pernah menyimpan sakitnya merindumu.

Namun, entah mengapa tanganku sangat usil. Hatiku tidak bekerja sama dengan pikiranku. Aku mengetikkan namamu di mesin pencari. Dan menemukan satu foto yang membuatku mampu menyunggingkan senyum tiba-tiba.

Kamu berpose jenaka disana, wajahmu lucu. Dan entah kenapa aku tak bisa beranjak dari memandangi foto usang itu. Yang kupikirkan hanya, ah begitukah masa kecilmu. Dan seketika itu pula aku menjadi serakah, karena menyimpan ingin untuk mengenalmu lebih jauh dan mendengar lagi semua cerita masa kecil yang pernah kamu bagi dulu. Namun aku tahu, itu mustahil bukan?

Aku tak ingin mengenangmu itu yang selalu aku katakan. Tapi nyatanya, hanya dengan melihat foto usang itu mampu membuatku mengingat berjuta kenangan kita dimasa lalu. Aku pandai berbohong bukan? Padahal aku benci dibohongi. Namun nyatanya aku malah sering membohongi diri sendiri dengan mengingkari semua kata hati. 

Mengenang adalah cara seseorang melepas rindu. Dan itulah yang aku lakukan, menyelami semua kenangan itu dan memeluknya erat, seerat rinduku padamu yang enggan untuk pergi bahkan hingga detik ini. Karena kamu tahu, sesuatu mungkin berakhir tapi kenangan akan hal itu akan selamanya hidup.

Sidoarjo, 16 Oktober 2018

Bukan Pilihan



Kamu tahu hal paling sulit? Mengingkari apa yang ada dihatimu. Kamu berusaha sebisa mungkin untuk menepisnya. Membuang jauh-jauh perasaan asing yang tiba-tiba hadir itu. Menguatkan diri bahwa kamu salah mengartikan apa yang kamu rasa itu. Dan terlebih kamu salah, salah karena memiliki perasaan itu kepada seseorang yang telah memberikan perasaannya pada orang lain.

Namun, otak kecilmu kadang berpikir keras. Benarkah kamu salah? Salahkah perasaan asing yang kamu artikan sebagai cinta itu? Ataukah kamu memberikan perasaan itu pada orang yang salah? Entah.

Orang bilang cinta tidak pernah salah. Hanya waktu yang tidak tepat, hingga menjadikan itu menjadi sesuatu yang salah. Tapi, bukankah kita tidak bisa mengelak saat perasaan asing itu tiba-tiba datang? Ia datang begitu saja, tanpa permisi dan mengubah hati kita yang semula dingin menjadi hangat seketika. Kita tidak pernah tahu kapan dan pada siapa cinta itu jatuh. Karena jika kita bisa tahu, kita pasti sebisa mungkin akan menghindar, agar luka yang diberi nama patah hati itu tidak pernah kita rasa. 

Kita tidak bisa memilih kepada siapa cinta itu akan jatuh. Hanya terima, dan ikhlaslah ketika pada akhirnya kamu tidak menerima hal yang sama dari seseorang yang menerima jatuhnya cintamu.

Kepada kamu, seseorang yang membawa separuh hatiku.

Sidoarjo, 16 Okrober 2018

Seseorang Yang Baru



Saya bertemu dengan seseorang yang baru. Seseorang dengan tatapan mata yang teduh. Ia ada ketika saya butuh, membantu saya ketika saya kesulitan. Bertanya kepada saya kenapa larut malam saya masih terjaga, dan saya hanya memberinya senyuman sebagai jawaban.

Akan sangat baper ketika saya katakan bahwa ia selalu ada disaat saya butuh, karena ia hanya menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Dan tidak ada maksud lain selain itu.

Tapi, tahukah kamu, bahwa dalam hati kecil saya, saya berharap bahwa itu kamu. Kamu yang berdiri disamping saya, dan membantu saya yang dengan tangan gemetar mengurus pahlawan hidup saya sendiri. Kamu yang tersenyum kepada saya untuk menguatkan dan berkata bahwa semua baik-baik saja. Namun, nyatanya semua hanyalah sebuah pengharapan yang tidak akan menyentuh nyata bukan?

Ia, seorang pemilik mata teduh itu bukan kamu. Ia dekat, namun kamu terlampau jauh bahkan hanya untuk menguatkan saya agar saya bertahan. Ia, seseorang asing yang hanya saya ketahui nama panggilannya itu, bukanlah kamu. Ia hanya seseorang yang secara acak dipertemukan Tuhan dengan saya, sebentar. Namun, waktu sebentar itu mampu membuat saya berpikir pada keputusan itu.

Inikah saatnya saya melepaskan kamu? Bukan karena ada dia, tapi lebih pada karena aku lelah, lelah menaruh harap bahwa kamulah yang diciptakan Tuhan untuk menemani akhir hidup saya. Lelah, lelah berharap bahwa kamu yang akan selalu menjadi penguat saya ketika rapuh. Lelah, saya lelah mencintai kamu diam-diam tanpa ada balasan.

Untuk kamu, seseorang yang pernah hadir dalam hidup saya, yang menempati seluruh ruang hati saya, terima kasih karena pernah ada. Dan untuk kamu, seseorang pemilik mata teduh yang kutemui beberapa hari lalu, terima kasih karena ada disaat saya butuh, meski itu hanyalah profesionalitas kamu semata.

14 September 2018, ketika saya beranjak dari kampung halaman saya untuk kembali, saya bebaskan hati saya. Bismillahi, saya ikhlas untuk melepasmu, juga semua kisah kita yang pernah ada.

Pasuruan, 15 September 2018

Mengharapkanmu


Mengharapkanmu, sama seperti saya berharap memetik bintang di langit malam untuk saya simpan. Mengharapkanmu, sama seperti menyeberangi samudera yang tak saya tahu ujungnya. Mengharapkanmu, sama seperti berjalan tanpa arah tujuan, seberapa lama dan jauhnya kaki melangkah tak saya dapati akhir dari perjalanan itu.

Saya tidak meminta banyak, hanya beri saya kekuatan untuk bisa bertahan, dari semua kesedihan dan ketakutan yang mencekam. Hanya katakan kepada saya bahwa saya kuat, saya wanita terkuat yang pernah ada, dan pastinya saya bisa melewati semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Rasanya sesak, ketika semua orang yang berkunjung mengatakan kepada saya untuk tetap sabar, sementara saya menahan air mata untuk tidak jatuh detik itu juga.

Saya bahkan tidak berani bertanya kepada Tuhan kenapa harus begini, karena ini adalah jalan takdirnya. Namun, saya masih menaruh harapan kecil di dalam ikhtiar saya ini, berharap bahwa ayah kembali seperti sedia kala, menggenggam tangan saya dan menyerahkan kepada dia yang dipersiapkan-Nya sebagai imam saya suatu hari nanti. Katakan kepada saya, apakah saya berlebihan?. Katakan kepada saya apakah saya terlalu egois jika menginginkan ayah saya tetap ada sampai waktu itu tiba?

Beribu kali saya bertanya dalam ruang kosong ini, kamu tetap tidak akan menjawab bukan? Dan kamu juga tidak akan ada di samping saya ketika semua berubah menjadi semenakutkan seperti saat-saat ini . Saya tahu dan saya sadar sesadar-sadarnya, karena pada akhirnya seperti apa yang saya katakan di awal. Bahwa mengharapkanmu adalah sebuah kemustahilan yang nyata.

Sidoarjo, 10 September 2018

Ketakutan




Suara sirine itu bertalu-talu seperti gema. Suara yg selalu membuat bulu kuduk saya berdiri. Dan suara yg selalu menimbulkan ketakutan saya kembali mski telah lama saya coba kubur dalam2.

Suara itu mendengung tidak mau pergi. Menimbulkan nyeri di hati dan gemetar riuh dalam diri. Namun harus saya lalui, harus saya alami itu lagi, sendiri.

Suara sirine itu memekakkan telinga. Berharap pada org agar bersedia memberi jalan. Dan beruntunglah ketiga tiga relawan itu datang dan mempermudah jalan kami ke tempat tujuan.

Suara sirine 180 menit 360 detik yang lalu yg harus saya ingat selalu. Bahwa saat itulah saya bertarung dengan ketakutan masa lalu. Dengan do'a dan penuh harap dari para saudara, saya ridho, ikhlas lillah hirobbi jika harus menghadapi ketakutan itu sekali lagi. Demi pahlawan tulang bajaku, semoga bisa kembali sembuh...(amin)

#Terima kasih para relawan mas-mas dan bapak-bapaknya yg membatu membuka jalan untuk kami agar cepat sampai di tempat tujuan..

18.49, 5918,kampung halaman

Iri






Salahkah jika saya merasa iri?
Pada mereka yg berada disekeliling saya yg tertawa bahagia
Pada mereka sahabat-sahabat saya yg bisa menjadi wanita yg sempurnah
Juga pada ia, yg bertemu dg mu lebih dulu dan mendapatkan ketulusanmu?
Ah, lagi-lagi saya merasa iri pada wanita beruntung itu

Yang saya minta hanya sederhana
Kamu, ya kamu...
Tapi, egois bukan jika saya meminta kamu
Padahal kamu meminta dia dan bukannya saya?
Karenanya saya berusaha melepaskan, mengikhlaskan, tp tetap saja masih selalu kamu yang berpusat di hati saya

Jangan dikira saya tidak berjuang selama beberapa tahun ini
Saya berjuang, menghindari kamu, menarik jarak panjang darimu, dan menahan keinginan terbesar saya untuk tahu seperti apa dirimu kini
Tapi, ketika ketakutan masa lalu itu datang bak film yg diputar ulang
Saya menemukan kamu lagi, sebagai satu-satunya tempat dimana saya bisa bersandar sejenak utk membagi cerita
Namun sayangnya, sebelum saya dapat bersandar saya terjatuh lebih dulu
Karena nyatanya Tuhan tak juga mengizinkanku untuk berpijak ke kamu
Atau mungkin, kamu memang bukan pijakan yg seharusnya untukku?
Entahlah...

Di sore hari ini saat semburat jingga mengangkasa di kaki langit
Aku iri, pada ia yang bertemu denganmu lebih dulu dan mendapat ketulusanmu

Memeluk Sepi


       Kamu tidak pernah tahu kapan ujian datang dan bentuknya seperti apa. Siap atau tidak kamu hanya bisa menerima dengan penerimaan yang baik. Bahkan ketika ujian itu datang silih berganti dari satu hal ke hal lainnya. Yang bisa kamu lakukan hanya menerima dan mencoba untuk lilah. Bukan hal yang asing jika kamu kemudian bertanya dalam hati kamu. Apakah ini tujuan karena Tuhan membenci kita akan dosa-dosa kita, ataukah ini salah satu bentuk cintanya?

       Terkadang kamu ingin bertanya perihal itu pada Tuhan. Tapi, patutkah kamu menanyakannya? Patutkah kamu bertanya mengapa ini terjadi? Tidak, jika kamu bertanya hal itu artinya kamu mengingkari takdirnya. Hanya letakkan saja percayamu kepada-Nya, bahwa itu yang terbaik bagimu.

       Namun, meski begitu kadangkala kamu juga merasa ragu pada dirimu sendiri. Mampukah kamu melewatinya ? Dan disaat-saat seperti itu kamu membutuhkannya. Membutuhkan dia, satu-satunya tempat ternyaman untuk kamu berbagi cerita. Satu-satunya yang bisa kamu percayai dengan sepenuh hati. Kamu tidak peduli yang lain menghilang saat kamu butuh. Hanya dia, kamu berharap hanya biarkan dia tetap berada bersamamu saat kamu butuh dan kamu akan menjadi lebih kuat.

       Tapi sayang, harapa kamu hanyalah asa pada ketinggian. Dia pergi dan kamu hanya tinggallah sendiri. Memeluk sepi, menelan sedih dan sesak di dadamu. Kamu butuh dia, untuk menyelamatkan dadamu yang terhimpit sesak. Kamu butuh dia, untuk setidaknya menjadi tempat bercurah cerita. Tapi, sekali lagi itu hanyalah pengharapan yang tergantung pada ketinggian dan kamu tidak dapat meraihnya. Dia pergi, menghilang dan kamu tidak bisa menemukannya lagi.

Pas, 29/8/2018

Penghilang Paling Sempurnah


       Kamu penghilang paling sempurnah. Bahkan aku tak memiliki keberanian lagi untuk mencarimu. Atau melayangkan beberapa pesan kepadamu lagi. Sejak kamu bilang iya dan kemudian kamu menghilang. Sejak itupulalah aku kehilangan keberanianku untuk menghubungimu lagi. Aku menyalahkan diriku sendiri, berkali-kali. Dan aku membenci diriku sendiri.

       Harusnya aku tetap menjaga janji itu. Harusnya aku tetap bisa menjaga jarak itu. Kamu yang paling tahu bahwa aku benci mengingkari janji. Tapi, aku melakukannya kali ini. Aku tidak menyalahkanmu untuk tiba-tiba pergi dan menghilang. Karena aku tahu, bahwa dalam hidupmu tidak pernah ada aku. Atau bahkan terlintas sedikitpun tentangku.

       Aku membenci diriku, yang tidak bisa mengatasi ketakutanku sendiri. Aku membenci diriku yang nyatanya selalu saja lemah dihadapanmu. Aku membenci diriku yang melibatkanmu padahal kamu tidak mau. Aku membenci diriku sendiri, yang ternyata kalah melawan hati yang beberapa tahun ini kuat kubentengi. Untuk tidak menghubungimu lagi. Untuk tidak mencari namamu di mesin pencari.

     Untuk kamu, penghilang paling sempurnah dimuka bumi. Terima kasih untuk tetap baik-baik saja. Terima kasih untuk tetap berbahagia. Dan terima kasih untuk mengatakan iya, meski pada akhirnya kamu menghilang dengan sempurnah.

Pas, 27/8/2018

Diri Dan Sendiri


     Menahan untuk tidak keluar air mata itu susah. Dan inilah yang terjadi sekarang. Saya harus membangunkan beliau disaat beliau istirahat hanya untuk memasukkan butiran zat kimia yang pahit itu kedalam mulutnya. Saya harus memasukkan jarum suntik untuk memasukkan cairan kimia hingga merasuk dalam darahnya. Sesuatu yang dulu sangat saya hindari untuk saya lakukan, karena ketakutan saya untuk menyakiti orang-orang yang saya sayangi.

       Namun apa daya, tak ada pilihan untuk saya pilih. Ini satu-satunya, saya hanya punya sendiri disaat semua sudah memiliki jalan hidupnya sendiri. Dan kamu, satu-satunya yang saya butuh untuk menguatkan, berlalu pergi entah kemana. Padahal hanya terpaut beberapa detik saat kamu bilang iya atas pintaku. Kamu telah hilang, jauh dan mungkin tak akan pernah kembali. Dan akhirnya saya harus kembali pada satu ketetapan itu lagi. Bahwa dulu dan kini, saya hanya punya diri dan sendiri.

Pilihan Yang Sama


     Kamu tahu betapa berharganya waktu? Sangat. Dan bahkan saya harus memohon kepada kamu untuk meminta waktumu. Karena itulah, saya tidak ingin kehilangan waktu. Tidak, tidak barang sedetikpun jika saya mampu.

   Karena itulah saya tetap pada keputusan yang sama. Saya melewatkan kesempatan bagus, tawaran hidup yang lebih baik, yang kata orang-orang tidak akan datang dua kali. Tapi, karena itulah, karena kesempatan tidak datang dua kalimakanya saya tidak ingin kehilangannya.
   
     Bagi saya, karir dapat dicari lagi. Tapi, menjaga satu-satunya orang yang saya cintai dan sayangi di dunia ini tidak akan bisa dicari lagi ketika pergi tak kembali itu menghampiri. Jika begitu, katakan kepada saya kemana harus saya berikan bakti dan pengabdian itu lagi?

    Saya tidak akan pergi. Saya memilih untuk diam dan tetap tinggal, meski kondisinya menyakitkan. Saya tidak peduli dengan kata orang-orang bahwa saya lebih baik pergi, atau kata-kata saudara-saudara saya sendiri bahwa saya harus memikirkan diri sendiri juga.

     Mereka salah jika berpikir bahwa saya tidak memikirkan diri sendiri. Karena nyatanya, dengan memilih jalan ini, saya lebih dari memikirkan diri. Bagi saya, pahlawan tulang baja ini adalah hidup saya saat ini, semesta saya. Sama halnya dengan matahari yang menjadi pusat tata surya, pahlawan tulang baja ini adalah pusat saya.

    Saya tidak akan pergi, hanya dua alasan yang membuat saya akan memilih jalan itu. Pertama, jika beliau meminta dan kedua saya sudah sampai batas saya untuk bisa menanggung semuanya lagi.

Pas, 21/8/2018



Putih


     Saya benci hitam karena ia gelap. Tapi, saya lebih tidak menyukai putih. Kamu tahu kenapa? Karena hitam kita masih bisa menaruh harap, bahwa akan ada sedikit cahaya yang akan menyusup masuk.
    Sementara putih, kita bisa melihat secara nyata apa yang ada disekeliling kita. Seperti saat ini, diruangan yang dengan dominasi putih ini, dapat terlihat dengan jelas..Kosong, tidak berpenghuni.

Pas, 21/8/2018

Kalah



       Malam itu, kamu tahu betapa sulit rasanya bertarung dengan diri sendiri, dimana antara hati dan logika bertolak belakang dan tidak beriring.

       Saya berkata pada diri bahwa saya baik-baik saja. saya kuat seperti sebelum-sebelumnya. Saya mampu melewati semuanya dengan sempurnah.

       Namun nyatanya, saya kalah melawan hati, hingga akhirnya saya melakukan hal yang tidak seharusnya saya lakukan, sesuatu yang mungkin sangat kamu benci. Ma'af, jika ego saya selalu saja tinggi, sementara kamu harus meletakkan bencimu dalam hati.

       Berulang kali saya merutuki dalam hati, menyalahkan diri sendiri, yang dengan seenaknya melibatkanmu dalam sebuah beban yang bahkan tak ingin sama sekali kamu tahu. Memaksamu untuk menguatkan yang bahkan sama sekali tak ingin kamu lakukan.

       Kamu sudah nyaman dengan hidupmu, sementara saya hanya bisa merusaknya menjadi abu. Ma'af. Ma'af. Hanya kata itu yang mampu saya ucap. Mungkin tak akan berarti bagimu karena saya tidak bisa mengembalikan waktumu yang terbuang percuma karena saya. Tapi, lewat kata itu saya titipkan sebuah ketulusan didalamnya. Semoga kamu tetap berada di dalam lindungan-Nya.

       Di suatu pagi, di sudut lorong ruangan ini, saya sadar bahwa saya hanya punya diri dan sendiri.

Pas, 21/8/2018

Kehilangan?


       Hanya pena dan kertaslah tempat dimana seharusnya saya membagi beban. Bukankah memang begitu sejak dulu? Harusnya saya sadar sesadar-sadarnya bahwa bukan keputusan yang tepat membagi apa yang menjadi beban saya dengan orang lain. Bukan karena mereka akan tidak peduli atau bahkan abai. Tapi, lebih pada mereka punya masalah dan kesibukan juga, bukan?

       Saya sadar saya salah. Waktu bisa mengubah segalanya, hingga semua berbeda tidak seperti dulu lagi. Meski ketakutan saya masih pada satu hal yang sama. Kehilangan. Ah, kehilangan? Pantaskah bahwa saya mengatakan itu sebagai kehilangan? Sementara saya tahu betul bahwa diri saya bukanlah milik saya sendiri. Jadi, patutkah saya mengatakan itu sebagai kehilangan, sementara ia hanya kembali kepada pemiliknya yang sebenarnya?

       Dua hari yang lalu, tepat dimana ketakutan itu menghantui, entah mengapa saya mulai menulis di ruang putih kosong ini lagi. Tanpa mengharap balasan, saya hanya sekedar menulis karena dari tulisan saya di ruang kosong ini, saya berharap beban saya dapat berkurang perlahan dan menghilang diam-diam. Sama seperti tulisan ini, yang berganti dengan tulisan-tulisan orang lain detik demi detik, menit ke menit hingga apa yang saya tulis akan terlupakan begitu saja, bahkan oleh diri saya sendiri.

Pas, 19/8/2018

Wednesday, December 12, 2018

Adakalanya

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Adakalanya saya berpikir, apa artinya semua ini?
Saya berusaha dengan keras dan mengorbankan masa remaja saya untuk impian itu
Tapi nyatanya saya tidak bisa meraihnya

Adakalanya saya berpikir, apa maksud dari semua ini?
Saya berupaya dengan sekuat tenaga untuk melakukan yg terbaik agar bisa membahagiakannya
Tapi nyatanya beliau yg saya sayangi pergi tanpa pernah bisa melihat betapa keras upaya saya bagi pembahagiaannya

Adakalanya saya berpikir, kenapa Tuhan menempatkan saya diposisi ini?
Saya juga ingin seperti yg lainnya, tertawa tanpa beban
Dan melakukan semua hal yg diinginkan tanpa peduli dg yg lainnya
Tapi nyatanya sekali lagi saya juga tidak bisa

Adakalanya saya berpikir apa arti dari semuanya?
Saya bertemu denganmu di persimpangan jalan itu
Merajut hari-hari bersamamu, mencipta sedih, senang, amarah, benci, tawa dan semua rasa itu
Tapi nyatanya semuanya hanyalah sesaat dan kini kita kembali seperti sedia kala, bagaikan orang asing yg tak pernah bersua sebelumnya

Sementara...
Hati saya tidak bisa kembali seperti sedia kala

Ketika bertemu denganmu, saya berpikir 
"Ah, akhirnya aku menemukanmu"
Tempat ternyaman untukku bersandar
Tempat ternyaman utk ku bagi keluh kesahku
Tempat ternyaman utk ku berhenti melepas lelah
Tapi, sayang sekali lagi hanya saya yg merasakan sendiri

Sementara kamu... 
Memiliki hati lain yang kamu jaga dengan segenap perasaanmu

Apakah saya menangis?
Jangan bertanya seperti itu, karena kamu pasti lebih tahu bahkan melebihi diri saya sendiri
Kamu tahu betapa mudahnya cairan bening itu menetes dari mata membasahi pipi
Tapi, sekalipun begitu kamu tidak bisa lagi berhenti dipersimpangan jalan itu untuk menghapus air mata itu
Kamu tetap meneruskan langkahmu dengan pasti
Tanpa peduli saya merintih tersakiti

Apakah saya membenci?
Andai bisa, akan saya lakukan...
Saya ingin membencimu, mengutukmu dan memakimu dg segala sumpah serapah
Tapu nyatanya, saya tidak bisa
Saya tidak bisa bahkan hanya sekedar membenci
Karena betapa sakitnya saya tersakiti 
Kamu tetaplah pemilik hati saya ini
Entah sampai kapan..

Apakah sampai rambut saya memutih?
Saya tidak tahu, karena hingga pagi ini
Ketika saya mengetikkan kalimat-kalimat aneh di ruang kosong ini
Air mata saya menetes tanpa henti
Dan masih selalu kamu yang menjadi alasan kenapa ia jatuh

Pasuruan, 12 Desember 2018

Angan

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Terkadang, saya iri pada orang-orang yg bisa dengan mudahnya melupakan
Dan beralih pada hidup baru yg membahagiakan
Sementara saya, masih terpaku pada satu lelaki itu saja
Entah apakah ini bentuk dari setia, ataukah hanya kenaifan semata?

Pernah saya berkata pada diri, bahwa saya juga harus bahagia
Saya juga pantas bahagia seperti yang lainnya
Saya harus beranjak dari luka itu agar segera sembuh
Tapi nyatanya, disaat sepi dan sendiri saya malah mengingat kembali semua kenangan itu
Dan membuat luka yg menoreh menjadi lebih perih

Berkali-kali pula saya memaki diri
Bahwa saya harus sadar, karena kamu sudah memilih untuk pergi
Dan tidak akan kembali lagi
Tapi, hati saya masih menyimpan harap itu
Jika suatu hari nanti kamu akan kembali dg cara yg mengagumkan
Meski nyatanya saya tahu itu hanyalah sebuah angan-angan

Tapi, taukah kamu bahwa angan-angan itulah yg membuat saya mampu bertahan?
Hingga hari ini, hingga detik ini

Ah, akan terlalu banyak tapi ketika kamu menjalani apa yang tidak bisa di jalani
Sama seperti apa yg ada di kepala kecil saya


Ia terlalu abu-abu, hingga semua yg dipikirkannya hanyalah sebuah harapan semu

Pasuruan, 9 Desember 2018

Perjalanan

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Hidup adalah sebuah perjalanan
Perjalanan datang dan pergi
Dan perjalanan meninggalkan dan ditinggalkan

Namun semuanya tidak mudah
Kadang kita menemui perjalanan yg menyenangkan
Dan terkadang juga, perjalanan yg kita tempuh begitu terjal dan memilukan

Kita tidak pernah tahu
Kemana tadir membawa kaki kita melangkah
Kemana sebenarnya tujuan dari perjalanan kita
Yang kita tahu, kita hanya perlu mengikutinya
Berjalan setapak demi setapak sesuai kemampuan kita
Tanpa pernah tahu, dimana sebenarnya tujuan akhir kita

Sama seperti perasaan itu, yang tiba-tiba hadir dan mengetuk pintu yang disebut hati
Ia tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang
Ia hanya bisa merasakannya, sama seperti hembusan angin
Namun bedanya, hembusan angin bisa cepat datang dan pergi
Tapi, perasaan itu mudah datang tapi enggan untuk pergi
Sekalipun berkali-kali kamu paksa berhenti

Semakin kamu paksa untuk pergi, ia malah akan semakin erat
Menjerat hatimu yg semula bebas
Semakin kamu paksa untuk menghapusnya, ia malah akan semakin nyata
Membuatmu berpikir ribuan kali untuk menekan tombol delete di hatimu
Semakin kamu paksa untuk melupakannya, ia malah semakin kuat
Mendekapmu dengan rindu, yang tak kan bisa kamu hindari meski kamu pikir mampu

Perasaan itu juga perjalanan, perjalanan untuk menemukan pelabuhan terakhirnya
Sama seperti perasaanku, ia juga perjalanan menujumu

Hidup adalah perjalanan
Sama seperti perasaanku yang berjalan menujumu
Dengan harapan kamu akan menjadi teman seperjalanku sampai akhir
Apakah aku boleh berharap?
Bolehkah aku mengamini harapku ini?

Ah, aku melantur lagi hari ini...
Untuk kesekian kali, aku melantur dan masih tentang kamu



Pasuruan, 20 November 2018

Hingga Detik Ini

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Aku tidak tahu, mengapa hingga detik ini masih selalu kamu
Yang bertahta dan merajai hati ini
Aku tidak tahu, mengapa setiap hal kecil,
Mampu membuat ingatanku kembali pada sesosok kamu
Seperti pembicaraan singkat dengan rekan kerja beberapa menit lalu
Membuatku kembali teringat akan cerita yang pernah kamu bagi dulu

Aku lelah, lelah mengingat semua kenangan yang hanya membuatku luka saja
Aku lelah, lelah memegang harapan pada sesuatu yang tanpa arah
Aku lelah, lelah mencoba untuk melupa tapi tidak kunjung berhasil juga

Lantas, katakan kepadaku, aku harus apa?

Aku tak pernah tahu, jika mengenalmu bisa membuat hidupku menjadi seperti sekarang ini
Aku tak pernah tahu, jika kehadiran singkatmu itu menjadi sebuah kenangan yang berarti bagiku
Aku tak pernah tahu, jika rasa yang tak pernah kupikir akan ada untukmu,
Tiba-tiba hadir dan enggan untuk pergi

Di dunia ini ada hal-hal yang kita pikir tidak masuk akal,
Namun tetap terjadi juga
Sama dengan perasaanku padamu yang kupikir tidak masuk akal untuk ada,
Namun ia hidup di hati hingga detik ini, sekalipun berulang kali kupaksa mati

Katakan kepadaku caranya untuk berhenti?

Aku ingin berhenti menjadikan kamu sebagai satu-satunya yang bertahta di sana
Aku ingin berhenti mengingatmu setiap waktu dan membuang air mataku dengan percuma
Aku ingin berhenti mengejar sosok mu yang telah lama pergi dan enggan tuk kembali
Tapi, hingga detik ini aku masih saja tak bisa membuang pergi

Semua kisah-kisah yang pernah kamu bagi cerita selalu berputar dalam kepala
Tiap kali rindu padamu datang menyapa
Semua kata-kata yang pernah terucap dari bibirmu selalu tertanam dalam kepala
Tiap kali lelah dan jenuh datang mendera

Lantas, bagaimana caraku untuk menyerah?

Cinta adalah sesuatu hal yang sangat misterius bukan?
Ia datang mengendap-endap dan menjadikan hati ini sebagai sarangnya
Ia datang tanpa permisi dan menetap tanpa niat untuk pergi
Sekalipun pernah berkali-kali ku ingkari

Hingga detik ini,
Ku akui bahwa rasa itu masih ada dan tetap sama
Tak berkurang sedikitpun meski waktu dan jarak membuat terpisah
Sekalipun berbagai usaha kulakukan untuk membuatnya sirnah
Tapi semua usaha itu sia-sia

Namun, aku sadar bahwa perasaan itu hanyalah aku yang punya
Tak akan pernah mendapat sambutmu meski hanya sedetik saja
Karenanya, aku masih memperdalam upaya untuk membuatnya sirnah
Membuang rasa yang ku sebut sebagai cinta


Untukmu satu hati yang tidak pernah menganggapnya berharga

Sidoarjo, 13 November 2018

Kepercayaan

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

Membangun sebuah kepercayaan itu sulit, tapi menghancurkannya begitu mudah"

Pernahkah kamu menyadari itu?
Ah, mungkin tidak...
Karena kini kamu hanya berfokus pada bahagiamu saja
Tanpa pernah kamu sadari bahwa ada seseorang yg sedang menanti
Menanti sebuah kata ma'af yang terucap dari bibir kecilmu

Apakah ia berlebihan?
Atau, ia keterlaluan?
Mungkin, bagimu mengucapkan satu kata itu adalah sebuah penghinaan untukmu
Karena kamu merasa dituntut untuk mengucapkan satu kata itu
Sementara kamu tidak pernah tahu dimana letak kesalahanmu

Tapi, pernahkah kamu hanya sekedar mengatakannya saja tanpa harus berpikir?
Pernahkah kamu menekan egomu untuk mengucapkan satu kata itu?

Percaya atau tidak, satu kata itu teramat berarti bagi seseorang
Seseorang yg dulu pernah ada dan selalu disampingmu
Seseorang yg pernah rela melakukan apapun untukmu
Seseorang yang hanya kamu anggap sebagai angin lalu
Sementara ia sebaliknya, meletakkanmu sbg semesta baginya

Taukah kamu siapa dia?
Dia yang pernah kamu panggil teman
Dia yg kamu kenalkan kepada dunia sebagai sahabatmu
Dia yg pernah teramat berharga bagimu
Yang tanpa kamu sadari, ia pulalah yg pernah tersakiti oleh sikapmu

Kamu mungkin tak lagi berpikir tentangnya
Kamu tidak peduli akannya, asalkan kamu bahagia
Tanpa pernah kamu tahu bahwa ia masih duduk dg setia untuk menunggumu
Menunggu kamu mengucapkan satu kata penuh makna itu
Agar ia dapatkan kembali kepercayaannya 
Bahwa kamu masilah orang yang sama
Orang yg pernah ia letakkan rasa percayanya padamu, dengan seluruh
Yang kemudian kamu hancurkan begitu saja


Tanpa pernah peduli hatinya yg kembali tergores luka darimu

Pasuruan, 6 November 2018

Status

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

Saya berada disini sekarang. Di tempat dimana saya pernah merengek kepada kamu untuk mengantarkan saya mengadu nasib disini.

Saya pernah mendengar mereka berkata bahwa kamu pernah mengantarnya kesini. Dan saya pikir, tidak ada pengecualian pula untuk saya ketika saya meminta hal yg sama. Namun nyatanya saya salah.

Ada perbedaan antara status seseorang yg tak pernah saya mengerti. Saya pikir, saya sama dengannya. Jika kamu bilang iya, kepada dia, knp tdk untuk saya? Tetapi tidak. Akan selalu ada iya darimu untukknya, tapi tidak dengan saya.

Saya paham betul sekarang, bahwa status dia lebih tinggi dibandingkan dg saya. Dia sempurnah kecantikannya, kecerdasannya bahkan kekayaannya. Sementara saya, hanyalah remah roti jika dibandingkan dengan ia yg sempurnah. Karenanya bukan salahmu jika kamu lebih memilih dirinya dibandingkan dg saya.

Tapi, saya tidak salah juga bukan? Karena sejak awal entah bagaimana saya tidak pernah tahu bahwa rasa yang saya yakini tidak akan ada untukmu itu, nyatanya telah menyusup diam-diam, dan tak mau pergi lagi. Bahkan hingga detik ini, ketika kaki saya melangkah di kota asing ini. Tiba-tiba saja perasaan itu muncul kembali dg harapan bahwa saya bisa menemukanmu diantara keramaian orang2 asing ini.

Saya bodoh bukan? Atau terlalu naif? Ah, keduanya tak ada beda bukan. Karena setiap kali rasa itu hadir kembali, rindu itu mengetuk pintu hati. Dan saya menjadi orang yg lebih bodoh lagi, karena berharap bahwa kamu akan tahu suatu hari nanti tentang apa yg tersimpan dalam hati ini.

Surabaya, 5 November 2018

Catatan Untuk Sahabat

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

Ketika kamu terluka, kamu merasa bahwa dirimu adalah yang paling menderita di dunia. Tanpa pernah kamu sadari bahwa . Ada orang lain yang bahkan lebih menderita daripadamu.

Kamu merasa iri melihat mereka yang bisa bermanja dg keluarga utuh mereka. Sementara kamu, bahkan hanya utk menggenggam tangan hangat ibumu pun tak bisa, karna sudah habis masa. Kamu merasa iri, melihat mereka yang di dampingi ibu mereka saat sakit. Mendapat pelukan hangat yg tidak pernah bisa di beli oleh apapun. Dan detik itu pula, disaat kamu merasa iri kepada mereka kamu merasa kamulah yg paling menderita.

Tapi, pernahkah kamu sadari bahwa ada dari mereka yg bahkan tak pernah sedikitpun menyentuh kasih sayang ibu. Ada dari mereka yg bahkan berjuang sendiri sedari kecil hanya utk bertahan hidup. Dan ketika begitu, apa kamu berasa beruntung? Di atas penderitaan orang lain?

Tidak, tentu tidak. Saya tdk bisa bayangkan jika saya yg berada diposisi itu. Meregang nyawa utk melahirkan malaikat kecil kedunia tanpa ditemani oleh seorangpun. Tanpa ada yg mengajarkan kpd kita bagaimana cara kita akan merawatnya dan membesarkannya nanti. Bahkan, sebelum mengalaminya sndri air mata saya sudah menggenang dipelupuk mata.

Betapa kuatnya ia sebagai seorang wanita yg sempurnah. Betapa mulianya ia akan disebut sebagai seorang ibu dimana ialah pemilik surga ditelapak kakinya. Dan betapa bersyukurnya ia karena hidupnya selanjutnya akan ditemani oleh malaikat kecil itu hingga tua nanti.

Dari semua itu saya belajar satu hal. Bahwa hidup akan berjalan meski tak sesuai yg kamu mau. Dan kamu tdk boleh hanya berhenti pada saat-saat itu, saat kamu jatuh kamu harus yakini bahwa kakimu masih sanggup untuk berdiri lagi menginjak bumi. Dan satu hal yg harus selalu kamu letakkan pada hati dan pikiranmu. Bahwa Tuhan, tdk akan memberika ujian tanpa rencana pembahagiaan.

Sahabat...
Hidup adalah perjalanan
So, kuatkan kakimu utk bisa melangkah lebih jauh lagi



# To Sahabat : thanks utk pelajaran hidup yg pernah kamu bagi 

Pasuruan, 27 Oktober 2018

Berkata Pada Hati

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments



Kamu tahu?
Betapa susahnya berkata pada hati bahwa ia salah
Bahwa ia tidak benar
Tak sepantasnya ia jatuh pada hati yg telah dimiliki oleh orang lain
Tapi, tetap saja ia tidak bisa memilih
Kepada siapa ia akan jatuh dan berlabuh

Beribu kata hujatan ku berikan pada diri
Beribu kebencian tertanam pada hati yg nyatanya kumiliki sendiri
Beribu kata kutanamkan tak hanya di kepala namun pada hati juga
Bahwa ia salah, ia tidak benar
Dan aku harus berhenti sebelum menjadi semakin tersakiti

Tapi apa?
Semua seolah mengingatkanku padamu
Lampu jalanan yg redup itu
Gang-gang kecil tempat dimana kita pernah telusuri dulu
Hujan yang turun di senja hari
Bahkan lagu itu, 
Bersenandung seolah selaras dg apa yg dirasa oleh hatiku

Tangisku tak henti seketika
Meresapi semua arti dari lagu yg berdendang
Seolah kenangan dan semua memory tentangmu berulang kembali
Sama seperti lagu itu, yg akan kembali terdengar ketika ia mencapai pada bait reff nya lagi

Oh Tuhan...
Hapuskan rasa ini untukku, 
Cukupkanlah ia sampai disini saja
Aku tak ingin ia semakin menderita
Pada satu cinta yang salah
Aku tak ingin ia semakin menderita
Karena berharap pada sesuatu yg bahkan sejak awal tak ia punya

Pasuruan, 24 Oktober 2018

Jatuh Cinta Sendiri

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Kamu tahu apa yg menyakitkan dari cinta?
Sendirian..
Ya, jatuh cinta sendirian adalah luka tanpa adanya darah

Terkadang kamu merasa iri
Pada mereka yg bisa saling menggenggam 
Sementara kamu, hanya terdiam dan berpikir
Ah, bagaimana rasanya?
Kala tangan lain menggenggam tanganmu & menyalurkan kehangatan?

Kamu pun merasa iri kepada mereka yg saling dpt bersandar
Sementara kamu, hanya dapat menerka
Ah, bagaimana rasanya?
Apakah kamu dapat membagi lelahmu dan bersandar di pundaknya?

Rasanya menyenangkan, melihat orang2 dengan cinta yg berbalas
Sementara kamu, hanya bisa berdiam dan memeluk diri sendiri
Membangun benteng yg kuat tuk lindungi hatimu agar tdk patah
Namun, tanpa kamu tahu, ia bahkan telah berdarah sebelum dipatahkan

Menyakitkan...
Tapi, kamu tdk bisa menghindar
Kamu tdk bisa menolak perasaan itu untuk ada
Sekeras apapun hatimu ingkar
Tetap saja rasa itu berdiam di dasar hati sana
Berharap mencapai bahagia, meski hanya ada asa tanpa nyata

Jika saja cinta dpt memilih kpd siapa ia akan jatuh
Maka tdk akan ada cinta tak berbalas
Hatinya akan cenderung memilih utk jatuh kpd hati yg juga memilihnya
Namun nyatanya itu hanyalah sebuah "jika" yg tak lebih hanyalah sebuah kata pengandaian 
Sementara fakta, tdk berdasar pada sebuah keinginan dari pengandaian semata

Namun, satu hal yg perlu kamu tahu pada ia yg jatuh cinta sendirian
Kamu kuat, orang terkuat yg pernah ada
Karena kamu menjaga hatimu untuk tetap setia
Pada ia yg nyatanya hanya menganggap hatimu sebagai angin lalu
Kamu berhati besar, orang paling sabar yg pernah ada
Karena kamu ttp berpikir baik pada ia yg menyakitimu dan membuatmu terluka tanpa adanya darah
Meski pada akhirnya, kamu juga harus ingat untuk menyerah
Karena hati dan cintamu terlalu indah
Hanya untuk kamu buang sia-sia

Pasuruan, 23 Oktober 2018

Egois

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments
Kamu bilang saya egois. Tapi..bagaimana dengan kamu? Pernahkah kamu melihat pada dirimu sendiri?

Kamu mementingkan diri kamu sendiri meski kamu tahu ada yg tersakiti disini. Kamu mengabaikan ia yg pernah berjuang untukmu.

Bagimu, bukan urusanmu jika ia berjuang untukmu karna bukan kamu yg memintanya melainkan dirinya sendiri. Bagimu ceritamu dg nya telah berakhir sejak saat itu. Sejak kamu berhasil mencapai titik tertinggi dalam impianmu.

Kamu pergi tanpa perlu berpikir untuk kembali. Kamu melangkah maju tanpa pernah tahu bahwa ada yg setia menunggumu di belakangmu. Kamu ttp berjuang menggapai masa depan yg lebih baik, tanpa peduli bahwa ia yg pernah berjuang untukmu sedang tertatih untuk bisa berdiri kembali. Lantas katakan padaku, siapa yang lebih egois?

Kamu acuh dan tak peduli karna ia pernah menyinggung egomu. Ego yg sangat kamu tinggi-tinggikan itu. Tanpa kamu tahu bahwa ia melakukan itu agar kamu dpt menjadi lebih kuat jika menghadapi yg lebih dari itu di kemudian hari.

Kamu membencinya, karena mengganggu kesenanganmu. Kesenangan yg kamu pikir akan berlangsung selamanya jika saja ia tdk datang. Tanpa pernah kamu tahu, bahwa ia melakukan itu karna ia percaya padamu dan berharap kamu sebagai tempat bergantung.

Tapi kamu masa bodoh. Bagimu karna itu sudah tidak lagi membawa keuntungan bagimu, kamu melepasnya
Bagimu karna kamu sudah bisa berdikari tanpanya, kamu melenyapkannya.

Kamu menutup setiap lembaran cerita dengannya sesukamu sesukamu. Apakah kamu pernah sadari? Tidak kah pernah terlintas dalam benakmu bahwa ceritamu dgnya belum berakhir. Mungkin bagimu selesai, tapi tdk bagi ia. Ia yg terlalu bodoh untuk menunggu dg setia untukmu.

Untukmu yang berada jauh disana. Yang ingin cerita ini berakhir pada saat berpisah detik itu juga. Kuucapkan selamat, selamat karena kamu berhasil menjadikan ia menjadi seseorang yg pernah begitu bodoh. Karena memberikan sebagian hatinya untukmu dan bersetia menunggu hingga ia jemu. Meski mungkin, kata jemu itu tak akan mencapai akhir...

Pasuruan, 23 Oktober 2018

Hati

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Hati...
Pernahkah kamu bertanya kepadanya? Kenapa ia berwajah jantung? Kenapa ia tidak bersimbol wujudnya sendiri? Apakah kamu tahu kenapa? Katanya, karena ia mudah berbolak-balik. Hingga ia tak menemukan wujudnya yang sebenarnya. Benarkah begitu?

Hati...
Entah mengapa, aku ingin menangis ketika berbicara tentangnya. Aku mengenal satu hati. Ia rapuh, namun selalu mencoba untuk kuat. Berkalipun ia dibenci, dicaci, dimaku dan diabaikan.Ia tetap berusahan untuk tetap tegar. Berusaha untuk tetap menerima dengan penerimaan yang baik. Walaupun ia merasa lelah,. Mengapa ia tidak seperti kata orang-orang yang bisa berbolak balik? Ia tetap setia pada satu hati lain yang ia jaga. Hingga setik ini, ia masih belum bisa berpaling darinya. 

Hati itu...?
Ah, tak usah ku jelaskan siapa dia. Kamu pasti tahu, kamu mengenalnya dengan baik. Bahkan melebihi hati itu mengenal dirinya sendiri. Ia satu hati yang berbeda, yang menjaga dirinya hanya untuk kamu. Hati lain yang dicintainya.

Pasuruan, 18 Oktober 2018

Hai

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments



Hai...
Satu kata itu ingin ku ucapkan lagi padamu. Untuk memulai semuanya kembali seperti dulu. Menghapus jarak dan waktu yang sudah menjadikan kita terpisah jauh.

Hei...
Satu kata itu, nyatanya hanya tersimpan dalam kebekuan lidahku. Hanya mampu ku tulis di ruang kosong ini, tanpa berani memencet tombol send padamu.

Hello...
Satu kata itu yang kuharap mampu menyampaikan semua rinduku padamu. Namun nyatanya bahkan untuk mengetik satu kata itu padamu, aku tidak mampu.

Bukan karena tidak ingin, tapi karena tidak mampu. Aku tak mampu lagi menerima pengabaian darimu. Aku tak sekuat dulu, yang selalu menerima pengabaianmu, namun tetap bertahan di samping mu dan mengganggumu.

Tapi, sekarang, ku pikir cukup. Hatiku cukup berhenti pada rasa sakit saat itu. Aku tak ingin dia tersakiti lagi. Dia berhak untuk bahagia. Karenanya, sekalipun rasa rindu yang tiada pupus itu masih tertuju padamu. Aku akan tetap menyimpannya dalam-dalam. Betapapun sakitnya itu.

Hai...
Satu kata itu, akan selalu terucap oleh bibir kecilku. Saat menjelang atau ketika aku bangun tidur. Pada sosokmu yang dekat denganku, meski hanya berupa gambar semu.

Hai...
Tepat malam ini, aku ucapkan kata itu secara tidak langsung. Tuk tunjukkan bahwa malam ini. Entah kenapa, angin menginginkan aku untuk menyampaikan pesan padamu. Bahwa ia rindu, padamu.. Ya, kamu..

Pasuruan, 18 Oktober 2018

Mengenangmu

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Mengenang adalah salah satu cara seseorang melepas rindu. Ketika pertemuan kembali menjadi sesuatu yang sampai kapanpun tak akan pernah mencapai nyata. Maka, kamu hanya perlu menyelusuri memory di otak kecilmu, dan berjalan menjelajahi kenangan-kenangan itu. 

Aku tak pernah ingin mengenangmu, seberapa keraspun aku berusaha untuk melepas rindu. Karena aku ingin merasakan kesakitan itu dan memeluknya erat, agar aku dapat selalu ingat bahwa aku pernah menyimpan sakitnya merindumu.

Namun, entah mengapa tanganku sangat usil. Hatiku tidak bekerja sama dengan pikiranku. Aku mengetikkan namamu di mesin pencari. Dan menemukan satu foto yang membuatku mampu menyunggingkan senyum tiba-tiba.

Kamu berpose jenaka disana, wajahmu lucu. Dan entah kenapa aku tak bisa beranjak dari memandangi foto usang itu. Yang kupikirkan hanya, ah begitukah masa kecilmu. Dan seketika itu pula aku menjadi serakah, karena menyimpan ingin untuk mengenalmu lebih jauh dan mendengar lagi semua cerita masa kecil yang pernah kamu bagi dulu. Namun aku tahu, itu mustahil bukan?

Aku tak ingin mengenangmu itu yang selalu aku katakan. Tapi nyatanya, hanya dengan melihat foto usang itu mampu membuatku mengingat berjuta kenangan kita dimasa lalu. Aku pandai berbohong bukan? Padahal aku benci dibohongi. Namun nyatanya aku malah sering membohongi diri sendiri dengan mengingkari semua kata hati. 

Mengenang adalah cara seseorang melepas rindu. Dan itulah yang aku lakukan, menyelami semua kenangan itu dan memeluknya erat, seerat rinduku padamu yang enggan untuk pergi bahkan hingga detik ini. Karena kamu tahu, sesuatu mungkin berakhir tapi kenangan akan hal itu akan selamanya hidup.

Sidoarjo, 16 Oktober 2018

Bukan Pilihan

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Kamu tahu hal paling sulit? Mengingkari apa yang ada dihatimu. Kamu berusaha sebisa mungkin untuk menepisnya. Membuang jauh-jauh perasaan asing yang tiba-tiba hadir itu. Menguatkan diri bahwa kamu salah mengartikan apa yang kamu rasa itu. Dan terlebih kamu salah, salah karena memiliki perasaan itu kepada seseorang yang telah memberikan perasaannya pada orang lain.

Namun, otak kecilmu kadang berpikir keras. Benarkah kamu salah? Salahkah perasaan asing yang kamu artikan sebagai cinta itu? Ataukah kamu memberikan perasaan itu pada orang yang salah? Entah.

Orang bilang cinta tidak pernah salah. Hanya waktu yang tidak tepat, hingga menjadikan itu menjadi sesuatu yang salah. Tapi, bukankah kita tidak bisa mengelak saat perasaan asing itu tiba-tiba datang? Ia datang begitu saja, tanpa permisi dan mengubah hati kita yang semula dingin menjadi hangat seketika. Kita tidak pernah tahu kapan dan pada siapa cinta itu jatuh. Karena jika kita bisa tahu, kita pasti sebisa mungkin akan menghindar, agar luka yang diberi nama patah hati itu tidak pernah kita rasa. 

Kita tidak bisa memilih kepada siapa cinta itu akan jatuh. Hanya terima, dan ikhlaslah ketika pada akhirnya kamu tidak menerima hal yang sama dari seseorang yang menerima jatuhnya cintamu.

Kepada kamu, seseorang yang membawa separuh hatiku.

Sidoarjo, 16 Okrober 2018

Seseorang Yang Baru

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


Saya bertemu dengan seseorang yang baru. Seseorang dengan tatapan mata yang teduh. Ia ada ketika saya butuh, membantu saya ketika saya kesulitan. Bertanya kepada saya kenapa larut malam saya masih terjaga, dan saya hanya memberinya senyuman sebagai jawaban.

Akan sangat baper ketika saya katakan bahwa ia selalu ada disaat saya butuh, karena ia hanya menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Dan tidak ada maksud lain selain itu.

Tapi, tahukah kamu, bahwa dalam hati kecil saya, saya berharap bahwa itu kamu. Kamu yang berdiri disamping saya, dan membantu saya yang dengan tangan gemetar mengurus pahlawan hidup saya sendiri. Kamu yang tersenyum kepada saya untuk menguatkan dan berkata bahwa semua baik-baik saja. Namun, nyatanya semua hanyalah sebuah pengharapan yang tidak akan menyentuh nyata bukan?

Ia, seorang pemilik mata teduh itu bukan kamu. Ia dekat, namun kamu terlampau jauh bahkan hanya untuk menguatkan saya agar saya bertahan. Ia, seseorang asing yang hanya saya ketahui nama panggilannya itu, bukanlah kamu. Ia hanya seseorang yang secara acak dipertemukan Tuhan dengan saya, sebentar. Namun, waktu sebentar itu mampu membuat saya berpikir pada keputusan itu.

Inikah saatnya saya melepaskan kamu? Bukan karena ada dia, tapi lebih pada karena aku lelah, lelah menaruh harap bahwa kamulah yang diciptakan Tuhan untuk menemani akhir hidup saya. Lelah, lelah berharap bahwa kamu yang akan selalu menjadi penguat saya ketika rapuh. Lelah, saya lelah mencintai kamu diam-diam tanpa ada balasan.

Untuk kamu, seseorang yang pernah hadir dalam hidup saya, yang menempati seluruh ruang hati saya, terima kasih karena pernah ada. Dan untuk kamu, seseorang pemilik mata teduh yang kutemui beberapa hari lalu, terima kasih karena ada disaat saya butuh, meski itu hanyalah profesionalitas kamu semata.

14 September 2018, ketika saya beranjak dari kampung halaman saya untuk kembali, saya bebaskan hati saya. Bismillahi, saya ikhlas untuk melepasmu, juga semua kisah kita yang pernah ada.

Pasuruan, 15 September 2018

Mengharapkanmu

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

Mengharapkanmu, sama seperti saya berharap memetik bintang di langit malam untuk saya simpan. Mengharapkanmu, sama seperti menyeberangi samudera yang tak saya tahu ujungnya. Mengharapkanmu, sama seperti berjalan tanpa arah tujuan, seberapa lama dan jauhnya kaki melangkah tak saya dapati akhir dari perjalanan itu.

Saya tidak meminta banyak, hanya beri saya kekuatan untuk bisa bertahan, dari semua kesedihan dan ketakutan yang mencekam. Hanya katakan kepada saya bahwa saya kuat, saya wanita terkuat yang pernah ada, dan pastinya saya bisa melewati semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Rasanya sesak, ketika semua orang yang berkunjung mengatakan kepada saya untuk tetap sabar, sementara saya menahan air mata untuk tidak jatuh detik itu juga.

Saya bahkan tidak berani bertanya kepada Tuhan kenapa harus begini, karena ini adalah jalan takdirnya. Namun, saya masih menaruh harapan kecil di dalam ikhtiar saya ini, berharap bahwa ayah kembali seperti sedia kala, menggenggam tangan saya dan menyerahkan kepada dia yang dipersiapkan-Nya sebagai imam saya suatu hari nanti. Katakan kepada saya, apakah saya berlebihan?. Katakan kepada saya apakah saya terlalu egois jika menginginkan ayah saya tetap ada sampai waktu itu tiba?

Beribu kali saya bertanya dalam ruang kosong ini, kamu tetap tidak akan menjawab bukan? Dan kamu juga tidak akan ada di samping saya ketika semua berubah menjadi semenakutkan seperti saat-saat ini . Saya tahu dan saya sadar sesadar-sadarnya, karena pada akhirnya seperti apa yang saya katakan di awal. Bahwa mengharapkanmu adalah sebuah kemustahilan yang nyata.

Sidoarjo, 10 September 2018

Ketakutan

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments



Suara sirine itu bertalu-talu seperti gema. Suara yg selalu membuat bulu kuduk saya berdiri. Dan suara yg selalu menimbulkan ketakutan saya kembali mski telah lama saya coba kubur dalam2.

Suara itu mendengung tidak mau pergi. Menimbulkan nyeri di hati dan gemetar riuh dalam diri. Namun harus saya lalui, harus saya alami itu lagi, sendiri.

Suara sirine itu memekakkan telinga. Berharap pada org agar bersedia memberi jalan. Dan beruntunglah ketiga tiga relawan itu datang dan mempermudah jalan kami ke tempat tujuan.

Suara sirine 180 menit 360 detik yang lalu yg harus saya ingat selalu. Bahwa saat itulah saya bertarung dengan ketakutan masa lalu. Dengan do'a dan penuh harap dari para saudara, saya ridho, ikhlas lillah hirobbi jika harus menghadapi ketakutan itu sekali lagi. Demi pahlawan tulang bajaku, semoga bisa kembali sembuh...(amin)

#Terima kasih para relawan mas-mas dan bapak-bapaknya yg membatu membuka jalan untuk kami agar cepat sampai di tempat tujuan..

18.49, 5918,kampung halaman

Iri

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments





Salahkah jika saya merasa iri?
Pada mereka yg berada disekeliling saya yg tertawa bahagia
Pada mereka sahabat-sahabat saya yg bisa menjadi wanita yg sempurnah
Juga pada ia, yg bertemu dg mu lebih dulu dan mendapatkan ketulusanmu?
Ah, lagi-lagi saya merasa iri pada wanita beruntung itu

Yang saya minta hanya sederhana
Kamu, ya kamu...
Tapi, egois bukan jika saya meminta kamu
Padahal kamu meminta dia dan bukannya saya?
Karenanya saya berusaha melepaskan, mengikhlaskan, tp tetap saja masih selalu kamu yang berpusat di hati saya

Jangan dikira saya tidak berjuang selama beberapa tahun ini
Saya berjuang, menghindari kamu, menarik jarak panjang darimu, dan menahan keinginan terbesar saya untuk tahu seperti apa dirimu kini
Tapi, ketika ketakutan masa lalu itu datang bak film yg diputar ulang
Saya menemukan kamu lagi, sebagai satu-satunya tempat dimana saya bisa bersandar sejenak utk membagi cerita
Namun sayangnya, sebelum saya dapat bersandar saya terjatuh lebih dulu
Karena nyatanya Tuhan tak juga mengizinkanku untuk berpijak ke kamu
Atau mungkin, kamu memang bukan pijakan yg seharusnya untukku?
Entahlah...

Di sore hari ini saat semburat jingga mengangkasa di kaki langit
Aku iri, pada ia yang bertemu denganmu lebih dulu dan mendapat ketulusanmu

Memeluk Sepi

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

       Kamu tidak pernah tahu kapan ujian datang dan bentuknya seperti apa. Siap atau tidak kamu hanya bisa menerima dengan penerimaan yang baik. Bahkan ketika ujian itu datang silih berganti dari satu hal ke hal lainnya. Yang bisa kamu lakukan hanya menerima dan mencoba untuk lilah. Bukan hal yang asing jika kamu kemudian bertanya dalam hati kamu. Apakah ini tujuan karena Tuhan membenci kita akan dosa-dosa kita, ataukah ini salah satu bentuk cintanya?

       Terkadang kamu ingin bertanya perihal itu pada Tuhan. Tapi, patutkah kamu menanyakannya? Patutkah kamu bertanya mengapa ini terjadi? Tidak, jika kamu bertanya hal itu artinya kamu mengingkari takdirnya. Hanya letakkan saja percayamu kepada-Nya, bahwa itu yang terbaik bagimu.

       Namun, meski begitu kadangkala kamu juga merasa ragu pada dirimu sendiri. Mampukah kamu melewatinya ? Dan disaat-saat seperti itu kamu membutuhkannya. Membutuhkan dia, satu-satunya tempat ternyaman untuk kamu berbagi cerita. Satu-satunya yang bisa kamu percayai dengan sepenuh hati. Kamu tidak peduli yang lain menghilang saat kamu butuh. Hanya dia, kamu berharap hanya biarkan dia tetap berada bersamamu saat kamu butuh dan kamu akan menjadi lebih kuat.

       Tapi sayang, harapa kamu hanyalah asa pada ketinggian. Dia pergi dan kamu hanya tinggallah sendiri. Memeluk sepi, menelan sedih dan sesak di dadamu. Kamu butuh dia, untuk menyelamatkan dadamu yang terhimpit sesak. Kamu butuh dia, untuk setidaknya menjadi tempat bercurah cerita. Tapi, sekali lagi itu hanyalah pengharapan yang tergantung pada ketinggian dan kamu tidak dapat meraihnya. Dia pergi, menghilang dan kamu tidak bisa menemukannya lagi.

Pas, 29/8/2018

Penghilang Paling Sempurnah

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

       Kamu penghilang paling sempurnah. Bahkan aku tak memiliki keberanian lagi untuk mencarimu. Atau melayangkan beberapa pesan kepadamu lagi. Sejak kamu bilang iya dan kemudian kamu menghilang. Sejak itupulalah aku kehilangan keberanianku untuk menghubungimu lagi. Aku menyalahkan diriku sendiri, berkali-kali. Dan aku membenci diriku sendiri.

       Harusnya aku tetap menjaga janji itu. Harusnya aku tetap bisa menjaga jarak itu. Kamu yang paling tahu bahwa aku benci mengingkari janji. Tapi, aku melakukannya kali ini. Aku tidak menyalahkanmu untuk tiba-tiba pergi dan menghilang. Karena aku tahu, bahwa dalam hidupmu tidak pernah ada aku. Atau bahkan terlintas sedikitpun tentangku.

       Aku membenci diriku, yang tidak bisa mengatasi ketakutanku sendiri. Aku membenci diriku yang nyatanya selalu saja lemah dihadapanmu. Aku membenci diriku yang melibatkanmu padahal kamu tidak mau. Aku membenci diriku sendiri, yang ternyata kalah melawan hati yang beberapa tahun ini kuat kubentengi. Untuk tidak menghubungimu lagi. Untuk tidak mencari namamu di mesin pencari.

     Untuk kamu, penghilang paling sempurnah dimuka bumi. Terima kasih untuk tetap baik-baik saja. Terima kasih untuk tetap berbahagia. Dan terima kasih untuk mengatakan iya, meski pada akhirnya kamu menghilang dengan sempurnah.

Pas, 27/8/2018

Diri Dan Sendiri

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

     Menahan untuk tidak keluar air mata itu susah. Dan inilah yang terjadi sekarang. Saya harus membangunkan beliau disaat beliau istirahat hanya untuk memasukkan butiran zat kimia yang pahit itu kedalam mulutnya. Saya harus memasukkan jarum suntik untuk memasukkan cairan kimia hingga merasuk dalam darahnya. Sesuatu yang dulu sangat saya hindari untuk saya lakukan, karena ketakutan saya untuk menyakiti orang-orang yang saya sayangi.

       Namun apa daya, tak ada pilihan untuk saya pilih. Ini satu-satunya, saya hanya punya sendiri disaat semua sudah memiliki jalan hidupnya sendiri. Dan kamu, satu-satunya yang saya butuh untuk menguatkan, berlalu pergi entah kemana. Padahal hanya terpaut beberapa detik saat kamu bilang iya atas pintaku. Kamu telah hilang, jauh dan mungkin tak akan pernah kembali. Dan akhirnya saya harus kembali pada satu ketetapan itu lagi. Bahwa dulu dan kini, saya hanya punya diri dan sendiri.

Pilihan Yang Sama

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

     Kamu tahu betapa berharganya waktu? Sangat. Dan bahkan saya harus memohon kepada kamu untuk meminta waktumu. Karena itulah, saya tidak ingin kehilangan waktu. Tidak, tidak barang sedetikpun jika saya mampu.

   Karena itulah saya tetap pada keputusan yang sama. Saya melewatkan kesempatan bagus, tawaran hidup yang lebih baik, yang kata orang-orang tidak akan datang dua kali. Tapi, karena itulah, karena kesempatan tidak datang dua kalimakanya saya tidak ingin kehilangannya.
   
     Bagi saya, karir dapat dicari lagi. Tapi, menjaga satu-satunya orang yang saya cintai dan sayangi di dunia ini tidak akan bisa dicari lagi ketika pergi tak kembali itu menghampiri. Jika begitu, katakan kepada saya kemana harus saya berikan bakti dan pengabdian itu lagi?

    Saya tidak akan pergi. Saya memilih untuk diam dan tetap tinggal, meski kondisinya menyakitkan. Saya tidak peduli dengan kata orang-orang bahwa saya lebih baik pergi, atau kata-kata saudara-saudara saya sendiri bahwa saya harus memikirkan diri sendiri juga.

     Mereka salah jika berpikir bahwa saya tidak memikirkan diri sendiri. Karena nyatanya, dengan memilih jalan ini, saya lebih dari memikirkan diri. Bagi saya, pahlawan tulang baja ini adalah hidup saya saat ini, semesta saya. Sama halnya dengan matahari yang menjadi pusat tata surya, pahlawan tulang baja ini adalah pusat saya.

    Saya tidak akan pergi, hanya dua alasan yang membuat saya akan memilih jalan itu. Pertama, jika beliau meminta dan kedua saya sudah sampai batas saya untuk bisa menanggung semuanya lagi.

Pas, 21/8/2018



Putih

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

     Saya benci hitam karena ia gelap. Tapi, saya lebih tidak menyukai putih. Kamu tahu kenapa? Karena hitam kita masih bisa menaruh harap, bahwa akan ada sedikit cahaya yang akan menyusup masuk.
    Sementara putih, kita bisa melihat secara nyata apa yang ada disekeliling kita. Seperti saat ini, diruangan yang dengan dominasi putih ini, dapat terlihat dengan jelas..Kosong, tidak berpenghuni.

Pas, 21/8/2018

Kalah

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments


       Malam itu, kamu tahu betapa sulit rasanya bertarung dengan diri sendiri, dimana antara hati dan logika bertolak belakang dan tidak beriring.

       Saya berkata pada diri bahwa saya baik-baik saja. saya kuat seperti sebelum-sebelumnya. Saya mampu melewati semuanya dengan sempurnah.

       Namun nyatanya, saya kalah melawan hati, hingga akhirnya saya melakukan hal yang tidak seharusnya saya lakukan, sesuatu yang mungkin sangat kamu benci. Ma'af, jika ego saya selalu saja tinggi, sementara kamu harus meletakkan bencimu dalam hati.

       Berulang kali saya merutuki dalam hati, menyalahkan diri sendiri, yang dengan seenaknya melibatkanmu dalam sebuah beban yang bahkan tak ingin sama sekali kamu tahu. Memaksamu untuk menguatkan yang bahkan sama sekali tak ingin kamu lakukan.

       Kamu sudah nyaman dengan hidupmu, sementara saya hanya bisa merusaknya menjadi abu. Ma'af. Ma'af. Hanya kata itu yang mampu saya ucap. Mungkin tak akan berarti bagimu karena saya tidak bisa mengembalikan waktumu yang terbuang percuma karena saya. Tapi, lewat kata itu saya titipkan sebuah ketulusan didalamnya. Semoga kamu tetap berada di dalam lindungan-Nya.

       Di suatu pagi, di sudut lorong ruangan ini, saya sadar bahwa saya hanya punya diri dan sendiri.

Pas, 21/8/2018

Kehilangan?

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018 0 comments

       Hanya pena dan kertaslah tempat dimana seharusnya saya membagi beban. Bukankah memang begitu sejak dulu? Harusnya saya sadar sesadar-sadarnya bahwa bukan keputusan yang tepat membagi apa yang menjadi beban saya dengan orang lain. Bukan karena mereka akan tidak peduli atau bahkan abai. Tapi, lebih pada mereka punya masalah dan kesibukan juga, bukan?

       Saya sadar saya salah. Waktu bisa mengubah segalanya, hingga semua berbeda tidak seperti dulu lagi. Meski ketakutan saya masih pada satu hal yang sama. Kehilangan. Ah, kehilangan? Pantaskah bahwa saya mengatakan itu sebagai kehilangan? Sementara saya tahu betul bahwa diri saya bukanlah milik saya sendiri. Jadi, patutkah saya mengatakan itu sebagai kehilangan, sementara ia hanya kembali kepada pemiliknya yang sebenarnya?

       Dua hari yang lalu, tepat dimana ketakutan itu menghantui, entah mengapa saya mulai menulis di ruang putih kosong ini lagi. Tanpa mengharap balasan, saya hanya sekedar menulis karena dari tulisan saya di ruang kosong ini, saya berharap beban saya dapat berkurang perlahan dan menghilang diam-diam. Sama seperti tulisan ini, yang berganti dengan tulisan-tulisan orang lain detik demi detik, menit ke menit hingga apa yang saya tulis akan terlupakan begitu saja, bahkan oleh diri saya sendiri.

Pas, 19/8/2018

 

Kisara's Diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang