Menahan untuk tidak keluar air mata itu susah. Dan inilah yang terjadi sekarang. Saya harus membangunkan beliau disaat beliau istirahat hanya untuk memasukkan butiran zat kimia yang pahit itu kedalam mulutnya. Saya harus memasukkan jarum suntik untuk memasukkan cairan kimia hingga merasuk dalam darahnya. Sesuatu yang dulu sangat saya hindari untuk saya lakukan, karena ketakutan saya untuk menyakiti orang-orang yang saya sayangi.
Namun apa daya, tak ada pilihan untuk saya pilih. Ini satu-satunya, saya hanya punya sendiri disaat semua sudah memiliki jalan hidupnya sendiri. Dan kamu, satu-satunya yang saya butuh untuk menguatkan, berlalu pergi entah kemana. Padahal hanya terpaut beberapa detik saat kamu bilang iya atas pintaku. Kamu telah hilang, jauh dan mungkin tak akan pernah kembali. Dan akhirnya saya harus kembali pada satu ketetapan itu lagi. Bahwa dulu dan kini, saya hanya punya diri dan sendiri.
0 comments:
Post a Comment