Kamu tidak pernah tahu kapan ujian datang dan bentuknya seperti apa. Siap atau tidak kamu hanya bisa menerima dengan penerimaan yang baik. Bahkan ketika ujian itu datang silih berganti dari satu hal ke hal lainnya. Yang bisa kamu lakukan hanya menerima dan mencoba untuk lilah. Bukan hal yang asing jika kamu kemudian bertanya dalam hati kamu. Apakah ini tujuan karena Tuhan membenci kita akan dosa-dosa kita, ataukah ini salah satu bentuk cintanya?
Terkadang kamu ingin bertanya perihal itu pada Tuhan. Tapi, patutkah kamu menanyakannya? Patutkah kamu bertanya mengapa ini terjadi? Tidak, jika kamu bertanya hal itu artinya kamu mengingkari takdirnya. Hanya letakkan saja percayamu kepada-Nya, bahwa itu yang terbaik bagimu.
Namun, meski begitu kadangkala kamu juga merasa ragu pada dirimu sendiri. Mampukah kamu melewatinya ? Dan disaat-saat seperti itu kamu membutuhkannya. Membutuhkan dia, satu-satunya tempat ternyaman untuk kamu berbagi cerita. Satu-satunya yang bisa kamu percayai dengan sepenuh hati. Kamu tidak peduli yang lain menghilang saat kamu butuh. Hanya dia, kamu berharap hanya biarkan dia tetap berada bersamamu saat kamu butuh dan kamu akan menjadi lebih kuat.
Tapi sayang, harapa kamu hanyalah asa pada ketinggian. Dia pergi dan kamu hanya tinggallah sendiri. Memeluk sepi, menelan sedih dan sesak di dadamu. Kamu butuh dia, untuk menyelamatkan dadamu yang terhimpit sesak. Kamu butuh dia, untuk setidaknya menjadi tempat bercurah cerita. Tapi, sekali lagi itu hanyalah pengharapan yang tergantung pada ketinggian dan kamu tidak dapat meraihnya. Dia pergi, menghilang dan kamu tidak bisa menemukannya lagi.
Pas, 29/8/2018
0 comments:
Post a Comment