Wednesday, December 12, 2018

Mengharapkanmu


Mengharapkanmu, sama seperti saya berharap memetik bintang di langit malam untuk saya simpan. Mengharapkanmu, sama seperti menyeberangi samudera yang tak saya tahu ujungnya. Mengharapkanmu, sama seperti berjalan tanpa arah tujuan, seberapa lama dan jauhnya kaki melangkah tak saya dapati akhir dari perjalanan itu.

Saya tidak meminta banyak, hanya beri saya kekuatan untuk bisa bertahan, dari semua kesedihan dan ketakutan yang mencekam. Hanya katakan kepada saya bahwa saya kuat, saya wanita terkuat yang pernah ada, dan pastinya saya bisa melewati semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Rasanya sesak, ketika semua orang yang berkunjung mengatakan kepada saya untuk tetap sabar, sementara saya menahan air mata untuk tidak jatuh detik itu juga.

Saya bahkan tidak berani bertanya kepada Tuhan kenapa harus begini, karena ini adalah jalan takdirnya. Namun, saya masih menaruh harapan kecil di dalam ikhtiar saya ini, berharap bahwa ayah kembali seperti sedia kala, menggenggam tangan saya dan menyerahkan kepada dia yang dipersiapkan-Nya sebagai imam saya suatu hari nanti. Katakan kepada saya, apakah saya berlebihan?. Katakan kepada saya apakah saya terlalu egois jika menginginkan ayah saya tetap ada sampai waktu itu tiba?

Beribu kali saya bertanya dalam ruang kosong ini, kamu tetap tidak akan menjawab bukan? Dan kamu juga tidak akan ada di samping saya ketika semua berubah menjadi semenakutkan seperti saat-saat ini . Saya tahu dan saya sadar sesadar-sadarnya, karena pada akhirnya seperti apa yang saya katakan di awal. Bahwa mengharapkanmu adalah sebuah kemustahilan yang nyata.

Sidoarjo, 10 September 2018

0 comments:

Post a Comment

Wednesday, December 12, 2018

Mengharapkanmu

Posted by Kisara's Story at December 12, 2018

Mengharapkanmu, sama seperti saya berharap memetik bintang di langit malam untuk saya simpan. Mengharapkanmu, sama seperti menyeberangi samudera yang tak saya tahu ujungnya. Mengharapkanmu, sama seperti berjalan tanpa arah tujuan, seberapa lama dan jauhnya kaki melangkah tak saya dapati akhir dari perjalanan itu.

Saya tidak meminta banyak, hanya beri saya kekuatan untuk bisa bertahan, dari semua kesedihan dan ketakutan yang mencekam. Hanya katakan kepada saya bahwa saya kuat, saya wanita terkuat yang pernah ada, dan pastinya saya bisa melewati semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Rasanya sesak, ketika semua orang yang berkunjung mengatakan kepada saya untuk tetap sabar, sementara saya menahan air mata untuk tidak jatuh detik itu juga.

Saya bahkan tidak berani bertanya kepada Tuhan kenapa harus begini, karena ini adalah jalan takdirnya. Namun, saya masih menaruh harapan kecil di dalam ikhtiar saya ini, berharap bahwa ayah kembali seperti sedia kala, menggenggam tangan saya dan menyerahkan kepada dia yang dipersiapkan-Nya sebagai imam saya suatu hari nanti. Katakan kepada saya, apakah saya berlebihan?. Katakan kepada saya apakah saya terlalu egois jika menginginkan ayah saya tetap ada sampai waktu itu tiba?

Beribu kali saya bertanya dalam ruang kosong ini, kamu tetap tidak akan menjawab bukan? Dan kamu juga tidak akan ada di samping saya ketika semua berubah menjadi semenakutkan seperti saat-saat ini . Saya tahu dan saya sadar sesadar-sadarnya, karena pada akhirnya seperti apa yang saya katakan di awal. Bahwa mengharapkanmu adalah sebuah kemustahilan yang nyata.

Sidoarjo, 10 September 2018

0 comments on "Mengharapkanmu"

Post a Comment

 

Kisara's Diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang