Saya berada disini sekarang. Di tempat dimana saya pernah merengek kepada kamu untuk mengantarkan saya mengadu nasib disini.
Saya pernah mendengar mereka berkata bahwa kamu pernah mengantarnya kesini. Dan saya pikir, tidak ada pengecualian pula untuk saya ketika saya meminta hal yg sama. Namun nyatanya saya salah.
Ada perbedaan antara status seseorang yg tak pernah saya mengerti. Saya pikir, saya sama dengannya. Jika kamu bilang iya, kepada dia, knp tdk untuk saya? Tetapi tidak. Akan selalu ada iya darimu untukknya, tapi tidak dengan saya.
Saya paham betul sekarang, bahwa status dia lebih tinggi dibandingkan dg saya. Dia sempurnah kecantikannya, kecerdasannya bahkan kekayaannya. Sementara saya, hanyalah remah roti jika dibandingkan dengan ia yg sempurnah. Karenanya bukan salahmu jika kamu lebih memilih dirinya dibandingkan dg saya.
Tapi, saya tidak salah juga bukan? Karena sejak awal entah bagaimana saya tidak pernah tahu bahwa rasa yang saya yakini tidak akan ada untukmu itu, nyatanya telah menyusup diam-diam, dan tak mau pergi lagi. Bahkan hingga detik ini, ketika kaki saya melangkah di kota asing ini. Tiba-tiba saja perasaan itu muncul kembali dg harapan bahwa saya bisa menemukanmu diantara keramaian orang2 asing ini.
Saya bodoh bukan? Atau terlalu naif? Ah, keduanya tak ada beda bukan. Karena setiap kali rasa itu hadir kembali, rindu itu mengetuk pintu hati. Dan saya menjadi orang yg lebih bodoh lagi, karena berharap bahwa kamu akan tahu suatu hari nanti tentang apa yg tersimpan dalam hati ini.
Surabaya, 5 November 2018
0 comments:
Post a Comment