Wednesday, October 16, 2019

Ilusi



Aku rindu, dan tak ada yang bisa ku perbuat untuk itu

Aku teringat sebuah keputusan sulit yang harus ku pilih dulu. Apakah benar untuk menghapus semua kontak denganmu ? Ataukah pilihan itu salah? Karena di saat-saat seperti sekarang ini, aku tidak tahu harus kepada siapa rindu ini ku utarakan.

Bukan karena aku takut hatiku kembali perih ketika aku melihatmu bahagia bersama dengan nya. Bukan karena aku takut kalau aku kalah, karena nyatanya tanpa menghapusmu pun aku sudah sadar bahwa aku memang kalah bahkan sebelum aku berjuang. Tapi, keputusan itu ku pilih karena itulah pilihan terbaik yang ada saat itu.

Aku takut, jika tidak ku pilih keputusan itu, aku masih saja menaruh harap kepadamu. 

Meretas resah dengan asumsi-asumsi bahwa suatu hari nanti kamu juga menatapku sama seperti ketika aku menatapmu. Meretas pilu dengan harap bahwa semua pilu dan sedihku suatu saat akan berakhir hanya dengan aku mendengar suaramu. Meretas rindu dengan angan-angan bahwa kamu akan berada tepat di hadapanku ketika aku membuka mata. 

Hingga, aku akhirnya sadar bahwa kamu tidak pernah membalas perasaanku. Kamu tidak pernah menatapku sama seperti aku menatapmu. Kamu tidak pernah ada ketika pilu itu melanda. Dan kamu tidak ada ketika aku benar-benar merindukanmu dengan sangat kesakitan seperti sekarang ini.

Aku juga sadar, bahwa nyatanya selama ini aku hidup dalam mimpi yang aku karang sendiri. Aku hidup dalam angan yang kurangkai dengan asumsi-asumsiku sendiri. 

Dan akhirnya aku sadar, bahwa aku tak boleh menaruh harap lagi kepadamu. Bahkan bayangku sendiri pada akhirnya. akan meninggalkanku dalam kegelapan. Lantas bagaimana mungkin aku menaruh harap padamu?

Kamu hanyalah ilusi yang tak akan pernah menyentuh nyata.

#Ilusi
#esp

Pasuruan, 10 Oktober 2019

Senja



Katamu, jangan menyukai senja karena ia hanya sementara. Ia hanya memberi keindahan semu. Menggiring keceriaan pada kegelapan. Dan pada akhirnya ia menghilang bersama keindahan itu. 

Tapi, aku menyukai senja, tanpa peduli katamu. Karena senja, mengantarku pada pekatnya malam. Dan aku bisa memandangmu di antara bintang-bintang.

Senja mengajarkanku arti kesabaran, bahwa untuk menikmati sesuatu yang indah tidaklah mudah. Aku harus menunggu waktu langit, hingga biru berubah menjadi hamparan jingga di antariksa.

Senja mengajarkanku, arti merelakan, bahwa setiap yang indah tidak selalu selamanya. Sama seperti kisah kita. Meski berawal dari keindahan namun berakhir tak sesuai pengharapan. Kandas di tengah jalan bahkan tanpa sempat terucapkan.

Senja mengajarkan kepadaku untuk kembali pulang. Seberapapun jauh aku terbang, pada kegelapan malamlah akhirnya aku harus tenggelam. Begitu juga dengan perasaanku, yang harus kembali ku bawa pulang ketika balasan darimu tak juga ku dapatkan.

Aku menyukai senja. Meski pagi menawarkan keceriaan dan hangatnya pelukan sang mentari. Aku tetap memilih senja meski ia pada akhirnya memelukku dengan kebekuan dan menenggelamkanku dalam kegelapan malam. 

Karena dalam gelap itu, aku bisa menemukanmu, bersembunyi di antara hamparan bintang-bintang.
Karena dalam gelap itu, aku bisa memandangmu diam-diam, tanpa perlu takut kamu abaikan.
Karena dalam gelap itu, aku bisa berbisik pada senyap untuk sehembus harap bisa bersamamu suatu saat.

Aku menyukai senja. Senja adalah tanda berakhirnya hari. Mengakhiri apa yang terjadi menjadi rangkaian cerita yang tersusun rapi. Hingga kisah itu akan menjadi kenangan di kemudian hari.

Aku menyukai senja. Bersama malam yang di bawanya aku akan meletakkanmu dalam kenang. Membiarkannya menjadi penghantar tidur atau pengisi sebuah mimpi. Hingga ketika aku bangun nanti aku akan sadar bahwa semua kisah indah kita hanyalah tipuan ilusi. Yang berakhir tanpa memiliki arti.

#senja
#esp

Pasuruan, 7 Oktober 2019

Sindrom Putri Duyung



Kamu tahu, semua wanita ingin hidupnya berakhir bahagia. Happily ever after seperti dalam cerita dongeng. Tapi, apakah mereka tahu, bahwa tidak semua cerita dongeng berakhir bahagia. Ada sebuah cerita, tentang seorang wanita yang mencintai seorang pria dengan sangat mendalam. Namun nyatanya, ia berakhir menjadi buih. Apa kamu tahu kisah itu?

Wanita itu melakukan apa saja demi seorang lelaki yang dicintainya. Ia bahkan rela menukarkan jiwanya demi lelaki itu. Ia memilih kebisuan demi kaki agar bisa melihat lelaki yang di cintainya. Ia rela menjadi bodoh hanya untuk bisa memandang lelaki itu setiap harinya, walau lelaki itu tidak menatapnya dengan cara yang sama seperti cara ia menatapnya.

Hingga suatu ketika, ia tetap memilih untuk menyakiti dirinya sendiri daripada orang yang dicintainya. Ia memilih menjadi buih dan menghilang tiba-tiba dari sisi lelaki itu ketika cintanya tak berbalas. Bukan, bukan tanda bahwa ia menyerah. Tapi itu adalah pilihan terbaik yg bisa dipilihnya. Daripada menyakiti lelaki yg dicintainya. Ia memilih berakhir menjadi buih.

Dan belajar dari kisah itu, akupun sadar bahwa pilihan terbaik yang bisa ku pilih juga pergi. Merelakan dan mengikhlaskan semua perasaan itu dan tetap menyimpannya dalam kebisuan. Hingga perasaan itu akan menjadi buih dan menghilang tiba-tiba.

Sindrom putri duyung, seperti itulah akhirnya kisah cintaku. Berakhir tanpa balasanmu dan menghilang bagai buih...

Aku yang telah lenyap dari sisimu....

#sindrom putri duyung
#esp

Pasuruan, 7 Oktober 2019

Renjana


Sama seperti ketika kita bermain basket. Tidak semua bola yang kita lempar masuk ke dalam ring. Begitupula dengan perasaan. Tidak semua perasaan mendapat balasan.

Saya akhirnya sadar, bahwa saya harus bisa merelakan. Mengikhlaskan perasaan saya, hanya dimiliki diri saya sendiri. Tidak tersentuh atau berbalas olehmu.

Saya akhirnya sadar, bahwa mungkin bahagiamu bukan denganku. Membunuh mati perasaan saya, adalah satu hal yang saya percayai bahwa itulah jalan terbaik yang harus saya pilih. Karena seperti di awal bahwa setiap perasaan tidak selalu mendapatkan balasan seperti yang kita inginkan.

Saya akhirnya sadar, jika kamu benar cinta saya kamu tidak akan mempermainkan hati saya. Kamu akan berusaha untuk menjadikan saya wanita yang istimewa. Yang akan kamu bacakan namanya di akad suci nanti sebagai janji suci sehidup semati.

Saya akhirnya sadar, jika kamu memang menganggap saya berarti. Kamu tidak akan membiarkan diri saya tersakiti oleh sikapmu yang susah untuk dipahami. Yang membuat saya selalu menduga-duga bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama.

Saya akhirnya sadar, bahwa kamu mungkin bukan diciptakan Tuhan untuk saya. Saya harus melepasmu meski harus bersusah payah dan tertatih-tatih. Biarlah perasaan ini menjadi renjana hingga waktu perlahan-lahan kan menghapusnya pergi

#renjana
#esp

Pasuruan, 6 Oktober 2019

Thursday, October 3, 2019

Repetisi



Kamu adalah biru di langit luas, yang memberikan kenyamanan dan ketentraman setiap kali orang memandangmu
Kamu adalah mutiara di samudera dalam, yang memberikan isyarat bahwa kamu begitu berharga di dalam sana tanpa terjamah

Kamu seperti bayu, yang meniupkan kesejukan kala rasa panas melanda
Kamu seperti air, yang melepaskan rasa dahaga kala kehausan mendera

Kamu laksana mentari, yang menyambut setiap pagi dan memelukku dalam kehangatan
Kamu laksana pelangi, yang memberikan keindahan selepas hujan jatuh membasahi bumi

Kamu ibarat bintang, yang hanya bisa ku kagumi tanpa pernah sanggup untuk ku raih
Kamu ibarat kenangan, yang hanya mampu ku kenang dengan peluk dalam hati tanpa pernah mampu untuk ku hapus pergi

Kamu...
Nyatanya semuanya hanyalah sebuah repetisi tentang kamu
Repetisi tentang begitu berharganya dirimu di mataku
Repetisi tentang begitu berartinya dirimu dalam hatiku
Repetisi tentang kamu, yang sangat aku cintai tanpa pernah sanggup untuk ku miliki

Kamu...
Seseorang yang hanya sanggup ku isyarati lewat puisi-puisi ini
Lewat sajak-sajak yang sudah entah berapa banyak ku tulis di ruang kosong ini
Dengan harap, bahwa akan ada suatu hari nanti
Hari dimana kamu bisa mengerti isyarat yang ku kirimkan ini
Hingga akhirnya kamu akan luluh dengan cinta yang ku suguhkan untukmu

#Repetisi
#e

Pasuruan, 29 September 2019

Reca



Entah jingga ataukah masih abu-abu. Aku tidak tahu seperti apa rupa dari perasaan itu saat ini. Apakah masih ada yang mengendapp diam-diam dalam hati. Ataukah semuanya telah menguap bagai air menjadi udara. Aku juga tidak tahu...

Seringkali aku renungi, bagaimana sebenarnya perasaan ini?. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh hati ini. Tapi, tiap kali juga namamu akan tiba-tiba hadir. Menyeruak begitu saja tanpa bisa ku hindari. Ia membawa kenangan bersamanya. Tawamu, amarahmu, diammu, bencimu, candamu semuanya yang menjadu candu untukku.

"Ah, begitu hebat satu nama itu, satu nama yang tak pernah bisa ku hapus begitu saja dalam hidupku," pikirku.

Bagaikan menemukan oase di gurun sahara, seperti itulah ketika aku menemukanmu. Bagaikan warna monokrom yang berubah menjadi pelangi seperti itulah ketika aku menemukanmu. Tanah datar yang biasanya ku pijak, seolah berubah menjadi terasiring ketika aku menemukanmu. Entah mengapa, setelah bertemu denganmu semua rasa bergabung menjadi satu. Kadang ada tangis, tawa, resah, tenang, sedih, bahagia, semua bercampur menjadi satu.

Kamu penyuka sunyi. Kamu lebih memilih kesunyian diantara keramaian yang bisa jadi mencipta bahagia dan keceriaan untukmu. Aku berulang kali harus berusaha menarikmu keluar dari dunia itu dan mengenalkanmu pada dunia orang-orang bersenda gurau bersama. Tapi, seringkali pula aku gagal melakukannya. Dan kemudian, akupun sadar kenapa aku selalu saja gagal melakukannya. Karena sejatinya sama sepertimu, aku juga penyuka sunyi.

Aku terbiasa merenung sendiri. Memeluk sunyi dalam keterdiaman. Menghabiskan waktu dalam kesepian yang berkepanjangan. Hanya sendiri. Tanpa suara, tanpa langkah, aku seolah reca. Dan aku tidak ingin kamu sepertiku. Itulah kenapa seringkali kali aku mengganggumu dan berulah mencipta kejengkelan untukmu. Agar kamu tahu bahwa aku ada disampingmu, selalu dalam segala macam situasi apapun. Aku ada.

Dua tahun saling mengenal sama-sama namun tetap tak mengubahku menjadi manusia. Aku tetaplah reca, meski kamu berubah menjadi manusia sejati sama seperti yang lainnya. Mengenal cinta, merasakan kehangatan disayangi, kamu menjadi manusia seutuhnya. Sementara aku tetap memilih menjadi reca terlebih ketika aku mendengar bahwa kamu tidak mungkin menjatuhkan hati pada temanmu sendiri. Aku, seutuhnya telah berubah menjadi reca saat itu juga. 

Aku membunuh mati perasaanku yang bahkan baru muncul kecambahnya. Aku menutup diri dari keramaian yang biasanya aku tawarkan padamu agar kamu memeluknya, bukan sunyi dan sepi yang kan kamu peluk dalam diam dan kesendirian. Biar, aku saja yang bersahabat dengan mereka. Biar aku saja yang tetap menjadi aku yang dulu, sementara kamu jangan. Berbahagialah pada dunia baru yang kamu kenal. Dan biar aku yang tetap setia pada sunyi, tetap merengkuh sepi. Biarkan aku tetap kembali menjadi reca....

#Reca
#e


Pasuruan, 26 September 2019

Perih



Sudah saatnya bukan? 
Saya harus melepaskan
Semua ketidakpastian akan berdampingan denganmu di masa depan
Jangan berpikir bahwa saya sudah menemukan yg lainnya
Dan melepaskanmu pergi begitu saja
Karena demi Tuhan rasa ini masih tetap sama

Namun, waktu semakin bergerak maju
Tahun berganti tahun dan berlalu
Dan kamu, masih tetap menjadi ketidakpastian dihidupku
Karenanya saya belajar untuk berhenti
Detik ini, kan kupaksa mati cinta yg hanya kumiliki seorang diri

Kan ku kubur harapan bahwa kamulah yg tiba-tiba melpon kala itu
Kan ku kubur angan untuk bisa hidup menua bersamamu
Kan ku kubur inginku untuk bisa bersua kembali denganmu di saat-saat terakhirku nanti
Karena ku tahu, semua itu hanyalah kemustahilan yang hanya bisa menoreh perih

Rasanya tidak mudah, menyesakkan..
Terlebih perih..
Bagai luka yang disiram cuka
Memendam rasa sendirian pada seseorang adalah kesakitan tanpa kasat mata
Hanya dirimu sendiri yang merasakannya
Saya bahkan berkali-kali meyakinkan diri
Bahwa saya kuat, saya terbiasa jatuh cinta seorang diri
Kenapa tidak dengan sekarang??

Saya bisa, melepas kamu pergi
Ya, saya bisa dan harus bisa
Mengubur kamu sebagai kenang bukan kenang-kenangan
Hingga suatu saat nanti saya bisa mengenangmu tanpa kesakitan lagi

Terima kasih untuk kamu yang berhasil menoreh perih

#perih,18919

Pasuruan, 18 September 2019

Sebatas Kata



Sampai sekarang masih selalu kamu yang ada di pikiranku. Pernahkah aku ada di pikiranmu walau hanya selintas saja? 

Andai melupakan bisa semudah ketika jatuh cinta, mungkin aku tak perlu bersujud di sepertiga malam hanya untuk meminta Tuhan menghapusmu dalam pikirku. Dan aku tak perlu meneteskan air mataku lagi tiap kali kenangan akan kamu berlarian dalam ingatanku.

Kamu mengetuk pintu kamar itu, dimana aku terbaring di sana menunggu kamu menepati janji unruk menjemputku setelah menunaikan kewajibanmu pada Tuhan. Setetes air mataku meluruh jatuh.

Kamu berada satu langkah di depanku, dan aku berdiri di belakangmu, mengikuti gerakan sholatmu dari takbiratul ikhram hinggga salam. Perlahan air mataku berubah menjadi hujan-hujan kecil.

Kamu menyuruhku masuk rumah kosan setiap kali selesai mengantarku pulang. Dan aku lebih memilih diam di tempat, hingga melihat punggungmu yang berjalan semakin jauh dari tempatku berpijak. Air mataku berubah tak terkendali.

Aku menekan dadaku berulang kali. Ku tepuk-tepuk ia, tempat dimana jantungku bersarang agar rasa sesak itu hilang. Namun, bukannya pergi ia malah semakin menyesakkan ketika sepenggal kisah-kisah sederhana lainnya tentang aku dan kamu kembali terulang dalam ingatan bak film yang di putar ulang.

Aku hanya bisa meneteskan air mata. Bukan untuk kepergianmu yang tak kembali lagi. Bukan pula untuk perasaanku yang tak pernah mendapatkan balasanmu. Tapi lebih kepada, ah..kenangan indah itu kapan bisa terulang lagi??

Percayakah kamu, jika saya berkata bahwa selama 26 tahun hidup saya, saya hanya bisa membuka diri pada satu lelaki saja...? Ya, kamu. Kamulah lelaki itu. Jujur, kamu memang bukanlah lelaki pertama yang mampu membuatku jatuh hati. Tapi, kamulah satu-satunya yang sangat berarti. Yang mampu membuatku berani membuka diri. Yang membuatku enggan untuk mencintai lagi. Selain kamu.

Tapi, pernahkah aku datang selintas dalam pikirmu?
Tidak(eh?!) (!!!)Pasti kamu akan menjawabnya seperti itu bukan? Tidak dulu, sekarang atau mungkin di masa mendatang. Aku tak akan pernah menempati setitik tempat di pikiranmu, terlebih hatimu.

Untuk kamu, yang menjadikan cintaku hanya mampu sebatas kata. Tanpa pernah peduli untuk membalasnya.

@sebataskata
#esp

Pasuruan, 3 September 2019

Pukul 3 Pagi



Pukul 3 Pagi...
Sunyi...sepi....
Semua orang terlelap dalam tidurnya
Di buai mimpi indah yang menemaninya
Selimut hangat menjadi temannya
Hingga kenyamanan mereka dapatkan hanya dari menutup mata

Ah...bukankah nyaman itu mudah di dapatkan?

Pukul 3 pagi...
Telingaku menangkap suara tetesan air
Mataku melihat cahaya terang
Dan dengan jiwa yang masih belum sepenuhnya terkumpul
Aku bangkit dari tidurku

Ah...kenapa harus kembali ia yang hadir sekelebat dalam mimpiku?

Pukul 3 pagi....
Kembali aku mendengungkan namamu di langit sana
Berharap, jika memang benar kamulah jalanku
Yang terbaik untukku dan agamaku kelak di akhirat nanti
Semoga Tuhan mendekatkan kita sedekat nadi
Namun, jikalau sebaliknya
Semoga Tuhan menjauhkan kita, sejauh bumi dengan matahari

Ah...entah sudah berapa kali aku memintamu kepada Tuhan?

Pukul 3 pagi...
Tempat sujudku sudah basah
Entah darimana air yang membasahinya?
Namun, ketika kuusap wajahku dengan do'a terakhirku
Aku baru sadar, bahwa air itu jatuh dari pelupuk mataku

Ah...entah sudah berapa banyak air mataku menetes untukmu?

Pukul 3 pagi...
Hanya Tuhan yang tahu betapa aku benar-benar menyayangimu dan mencintaimu tanpa syarat apapun
Hanya Tuhan yang tahu betapa banyak namamu ku sebut dalam do'aku setiap hari, setiap detik dalam rutinitasku bersama dengan sang pemilik hati
Dan betapa banyak, aku menaruh harap pada Tuhan agar menjadikan kita menjadi satu, baik di dunia ini dan di akhirat nanti

Ah...lagi-lagi aku melantur bukan?

Pukul 3 pagi....
Waktu terbaikku bersama dengan Tuhan, juga kamu yang kuisyarati dalam do'a - do'aku

@pukul3pagi

#esp
Pasuruan, 25 Agustus 2019

Insinuasi



Membicarakanmu tak kan pernah membuatku kehilangan waktu
Membicarakanmu tak kan pernah membuat aksaraku beku
Entah mengapa hingga saat ini namamu masih saja menghantuiku
Kenangmu masih saja membayangiku
Lantas bagaimana aku bisa berjalan ke masa depan?
Jika kamu masih saja menjadi alasan dalam penantianku

Bening itu jatuh membasahi pipi
Setiap kali teringat akan kenangan-kenangan kita dulu
Kita berkendara di bawah hujan lebat
Berdua, berteduh di sebuah toko kecil pinggir jalan
Dan kamu marah kala itu

Pertama kalinya aku melihatmu marah sepanjang aku mengenalmu
Bukan marah yang meledak-ledak, namun kamu malah diam
Mengabaikan keberadaanku dan asyik dengan duniamu sendiri
Tanpa peduli aku menahan bening yg berkaca-kaca dimataku

Ah...lelaki ini....
Sebegitu tidak inginkah ia menghabiskan hari bersama denganku?
Ah...lelaki ini...
Sebegitu  bencinyakah ia padaku?
Atau sebegitu tidak berartinya diriku untuknya?
Ia diam, dan aku hanya bisa mengikuti kediamannya

Sejak kejadian saat itu aku berkata pada diriku
Dia tidak suka denganku, dia membenciku
Dia ingin aku tidak mengganggunya, pintaku adalah neraka untuknya
Jangankan untuk berlama-lama bersamaku
Mengucapkan sepatah katapun enggan ia lakukan sepanjang hari itu
Dia ingin aku pergi selama-lamanya dalam hidupnya
Bahkan mungkin, dia enggan untuk bertemu kembali dg ku di kemudian hari
Bukankah benar begitu?
Atau itu hanya insinuasi dariku terhadapmu?

#insinuasi
#esp
#ditengahhujankalaitu


Pasuruan, 20 Agustus 2019

Luka


Seiring waktu berlalu, tanpa kamu sadari
Kamu banyak kehilangan dan kehilangan banyak

Kamu menghilang dengan tiba-tiba
Memutuskan untuk menutup semua akun media sosialmu
Hanya untuk menjaga hatimu agar tidak terluka
Ketika kamu tanpa sengaja melihat dia yang kamu cintai bersanding dengan wanita lainnya

Kamu menutup telingamu rapat-rapat
Enggan untuk mendengar kabar yang akan meruntuhkan pertahanan hatimu
Hingga kamu lupa bahwa kamu telah menutup jalan silaturahmi tiba-tiba
Mengasingkan dirimu dari segala kabar dan cerita seputar teman-temanmu yg telah lama tak bersua

Dan kini kamu hanya bisa menyesal sendirian karena keegoisanmu semata
Kamu kehilangan satu persatu temanmu tanpa kamu tahu
Ada ia yang mempersiapkan pernikahan namun  Tuhan menghentikan takdirnya di dunia
Ada ia yang melahirkan malaikat kecil ke dunia namun harus menghembuskan nafas terakhirnya
Ada ia yang pergi keluar rumah namun tiba-tiba menutup matanya untuk selamanya

Satu hal yang kamu sadari dari semua itu
Bahwa kamu hanya bisa berencana sementara Tuhan adalah penentu takdirnya
Hingga kamu kemudian bertanya pada dirimu sendiri
Bisakah kamu tetap menunggu dia datang menjemputmu
Atau malah ajal yang menjemput lebih dulu?

Ada banyak keegoisan pada dirimu
Hanya untuk menghindari hatimu terluka
Kamu, takut terluka
Dan dari dulu hingga kini ketakutanmu masih sama
Pada satu kata yang kau sebut "luka"
Tanpa pernah kamu menyadarinya 
Bahwa seseorang yang paling dekat denganmu adalah yang paling berpotensi untuk membuatmu terluka

Ketika kamu tersadar, kamu malah menghindar
Dan bukannya menghadapinya
Kamu menutup semua akses orang-orang untuk mendekat
Hanya karena takut kembali pada satu kata itu
"Luka"
Kamu takut orang-orang baru itu akan melukaimu
Sama seperti yang pernah dilakukan oleh seseorang yang sangat berarti bagimu di masa lalu
Namun ia, tak peduli dan memilih pergi

Dan kini yang tersisa hanyalah dirimu sendiri
Meyakinkan diri untuk mampu menghadapi perjalanan hidup walau sendiri
Karena kamu takut, takut untuk meletakkan harapmu pada sebuah ilusi
Sama seperti yang kau lakukan dulu
Ketika kamu meletakkan hatimu pada lelaki itu
Lelaki yang tak pernah peduli betapa berharganya hatimu itu
Dan hanya menganggap kehadiranmu sebagai angin lalu

#luka

#untuk teman2ku yg telah berpulang lebih dulu, ma'af karena terlambat untuk mengucapkan do'a karena kepergianmu, semoga Tuhan menetapkan hatimu dg ketetapan yang benar dan semoga Tuhan memberikan tempat terindah disisi-Nya. Turut berduka cita teman2ku @temanku di smada pas 2008

#semogakamutahusayamasihmenunggu

Pasuruan, 19 Agustus 2019

Titik Henti


Masih selalu kamu, alasan dari setiap air mataku..

Entah mengapa aku cengeng banget hari ini
Terlebih ketika kemarin lagi-lagi dapat undangan nikah dari teman terdekatku
Dan saat itu pulalah aku bertanya pada diriku sendiri
"Aku kapan?"

Hingga detik ini, aku masih berharap kamu kembali
Meninggalkan dia di masa lalumu, dan menyandingku di sbg masa depanmu

Aku masih berharap, sejauh apapun kamu pergi
Entah sedang berada di pulau bagian mana dirimu kini
Kamu masih akan selalu mengingatku
Tapi, itu semua hanya khayalanku bukan?
Kamu jauh, begitupun hatimu yg jauh dari pikiran ttg ku

Sementara aku, masih selalu saja sama 
Membawa segenap perasaanku padamu setiap harinya
Tanpa pernah berkurang sedikitpun

Aku menangis mengingat hal kecil tentangmu
Aku menangis melihat kejadian aneh yang pernah ku lewati bersamamu
Aku menangis ketika teringat tawamu 
Dan bahkan aku menangis mengingat betapa seringnya dulu kamu menjahiliku
Sementara sekarang, kita terpisah jarak dan waktu
Juga hati yang tidak pernah bertemu pada satu titik henti

Apakah aku harus berhenti sekarang? 
Apakah aku benar-benar harus melepaskanmu saat ini?
Apa aku sanggup??
Pertanyaan - pertanyaan itu kerapkali berkecamuk dalam otak kecilku

Aku tahu, tidak akan pernah ada habisnya jika kita menebak-nebak masa depan
Inginku bersamamu, selamanya sampai akhir
Tapi, apakah mungkin?
Apakah Tuhan merestui kita pada satu titik henti yang sama??
Entah.....

#Titikhenti
#orangyangmenghapuakenanganburukku 
#pes

Pasuruan, 5 Agustus 2019

Wednesday, October 16, 2019

Ilusi

Posted by Kisara's Story at October 16, 2019 0 comments


Aku rindu, dan tak ada yang bisa ku perbuat untuk itu

Aku teringat sebuah keputusan sulit yang harus ku pilih dulu. Apakah benar untuk menghapus semua kontak denganmu ? Ataukah pilihan itu salah? Karena di saat-saat seperti sekarang ini, aku tidak tahu harus kepada siapa rindu ini ku utarakan.

Bukan karena aku takut hatiku kembali perih ketika aku melihatmu bahagia bersama dengan nya. Bukan karena aku takut kalau aku kalah, karena nyatanya tanpa menghapusmu pun aku sudah sadar bahwa aku memang kalah bahkan sebelum aku berjuang. Tapi, keputusan itu ku pilih karena itulah pilihan terbaik yang ada saat itu.

Aku takut, jika tidak ku pilih keputusan itu, aku masih saja menaruh harap kepadamu. 

Meretas resah dengan asumsi-asumsi bahwa suatu hari nanti kamu juga menatapku sama seperti ketika aku menatapmu. Meretas pilu dengan harap bahwa semua pilu dan sedihku suatu saat akan berakhir hanya dengan aku mendengar suaramu. Meretas rindu dengan angan-angan bahwa kamu akan berada tepat di hadapanku ketika aku membuka mata. 

Hingga, aku akhirnya sadar bahwa kamu tidak pernah membalas perasaanku. Kamu tidak pernah menatapku sama seperti aku menatapmu. Kamu tidak pernah ada ketika pilu itu melanda. Dan kamu tidak ada ketika aku benar-benar merindukanmu dengan sangat kesakitan seperti sekarang ini.

Aku juga sadar, bahwa nyatanya selama ini aku hidup dalam mimpi yang aku karang sendiri. Aku hidup dalam angan yang kurangkai dengan asumsi-asumsiku sendiri. 

Dan akhirnya aku sadar, bahwa aku tak boleh menaruh harap lagi kepadamu. Bahkan bayangku sendiri pada akhirnya. akan meninggalkanku dalam kegelapan. Lantas bagaimana mungkin aku menaruh harap padamu?

Kamu hanyalah ilusi yang tak akan pernah menyentuh nyata.

#Ilusi
#esp

Pasuruan, 10 Oktober 2019

Senja

Posted by Kisara's Story at October 16, 2019 0 comments


Katamu, jangan menyukai senja karena ia hanya sementara. Ia hanya memberi keindahan semu. Menggiring keceriaan pada kegelapan. Dan pada akhirnya ia menghilang bersama keindahan itu. 

Tapi, aku menyukai senja, tanpa peduli katamu. Karena senja, mengantarku pada pekatnya malam. Dan aku bisa memandangmu di antara bintang-bintang.

Senja mengajarkanku arti kesabaran, bahwa untuk menikmati sesuatu yang indah tidaklah mudah. Aku harus menunggu waktu langit, hingga biru berubah menjadi hamparan jingga di antariksa.

Senja mengajarkanku, arti merelakan, bahwa setiap yang indah tidak selalu selamanya. Sama seperti kisah kita. Meski berawal dari keindahan namun berakhir tak sesuai pengharapan. Kandas di tengah jalan bahkan tanpa sempat terucapkan.

Senja mengajarkan kepadaku untuk kembali pulang. Seberapapun jauh aku terbang, pada kegelapan malamlah akhirnya aku harus tenggelam. Begitu juga dengan perasaanku, yang harus kembali ku bawa pulang ketika balasan darimu tak juga ku dapatkan.

Aku menyukai senja. Meski pagi menawarkan keceriaan dan hangatnya pelukan sang mentari. Aku tetap memilih senja meski ia pada akhirnya memelukku dengan kebekuan dan menenggelamkanku dalam kegelapan malam. 

Karena dalam gelap itu, aku bisa menemukanmu, bersembunyi di antara hamparan bintang-bintang.
Karena dalam gelap itu, aku bisa memandangmu diam-diam, tanpa perlu takut kamu abaikan.
Karena dalam gelap itu, aku bisa berbisik pada senyap untuk sehembus harap bisa bersamamu suatu saat.

Aku menyukai senja. Senja adalah tanda berakhirnya hari. Mengakhiri apa yang terjadi menjadi rangkaian cerita yang tersusun rapi. Hingga kisah itu akan menjadi kenangan di kemudian hari.

Aku menyukai senja. Bersama malam yang di bawanya aku akan meletakkanmu dalam kenang. Membiarkannya menjadi penghantar tidur atau pengisi sebuah mimpi. Hingga ketika aku bangun nanti aku akan sadar bahwa semua kisah indah kita hanyalah tipuan ilusi. Yang berakhir tanpa memiliki arti.

#senja
#esp

Pasuruan, 7 Oktober 2019

Sindrom Putri Duyung

Posted by Kisara's Story at October 16, 2019 0 comments


Kamu tahu, semua wanita ingin hidupnya berakhir bahagia. Happily ever after seperti dalam cerita dongeng. Tapi, apakah mereka tahu, bahwa tidak semua cerita dongeng berakhir bahagia. Ada sebuah cerita, tentang seorang wanita yang mencintai seorang pria dengan sangat mendalam. Namun nyatanya, ia berakhir menjadi buih. Apa kamu tahu kisah itu?

Wanita itu melakukan apa saja demi seorang lelaki yang dicintainya. Ia bahkan rela menukarkan jiwanya demi lelaki itu. Ia memilih kebisuan demi kaki agar bisa melihat lelaki yang di cintainya. Ia rela menjadi bodoh hanya untuk bisa memandang lelaki itu setiap harinya, walau lelaki itu tidak menatapnya dengan cara yang sama seperti cara ia menatapnya.

Hingga suatu ketika, ia tetap memilih untuk menyakiti dirinya sendiri daripada orang yang dicintainya. Ia memilih menjadi buih dan menghilang tiba-tiba dari sisi lelaki itu ketika cintanya tak berbalas. Bukan, bukan tanda bahwa ia menyerah. Tapi itu adalah pilihan terbaik yg bisa dipilihnya. Daripada menyakiti lelaki yg dicintainya. Ia memilih berakhir menjadi buih.

Dan belajar dari kisah itu, akupun sadar bahwa pilihan terbaik yang bisa ku pilih juga pergi. Merelakan dan mengikhlaskan semua perasaan itu dan tetap menyimpannya dalam kebisuan. Hingga perasaan itu akan menjadi buih dan menghilang tiba-tiba.

Sindrom putri duyung, seperti itulah akhirnya kisah cintaku. Berakhir tanpa balasanmu dan menghilang bagai buih...

Aku yang telah lenyap dari sisimu....

#sindrom putri duyung
#esp

Pasuruan, 7 Oktober 2019

Renjana

Posted by Kisara's Story at October 16, 2019 0 comments

Sama seperti ketika kita bermain basket. Tidak semua bola yang kita lempar masuk ke dalam ring. Begitupula dengan perasaan. Tidak semua perasaan mendapat balasan.

Saya akhirnya sadar, bahwa saya harus bisa merelakan. Mengikhlaskan perasaan saya, hanya dimiliki diri saya sendiri. Tidak tersentuh atau berbalas olehmu.

Saya akhirnya sadar, bahwa mungkin bahagiamu bukan denganku. Membunuh mati perasaan saya, adalah satu hal yang saya percayai bahwa itulah jalan terbaik yang harus saya pilih. Karena seperti di awal bahwa setiap perasaan tidak selalu mendapatkan balasan seperti yang kita inginkan.

Saya akhirnya sadar, jika kamu benar cinta saya kamu tidak akan mempermainkan hati saya. Kamu akan berusaha untuk menjadikan saya wanita yang istimewa. Yang akan kamu bacakan namanya di akad suci nanti sebagai janji suci sehidup semati.

Saya akhirnya sadar, jika kamu memang menganggap saya berarti. Kamu tidak akan membiarkan diri saya tersakiti oleh sikapmu yang susah untuk dipahami. Yang membuat saya selalu menduga-duga bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama.

Saya akhirnya sadar, bahwa kamu mungkin bukan diciptakan Tuhan untuk saya. Saya harus melepasmu meski harus bersusah payah dan tertatih-tatih. Biarlah perasaan ini menjadi renjana hingga waktu perlahan-lahan kan menghapusnya pergi

#renjana
#esp

Pasuruan, 6 Oktober 2019

Thursday, October 3, 2019

Repetisi

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Kamu adalah biru di langit luas, yang memberikan kenyamanan dan ketentraman setiap kali orang memandangmu
Kamu adalah mutiara di samudera dalam, yang memberikan isyarat bahwa kamu begitu berharga di dalam sana tanpa terjamah

Kamu seperti bayu, yang meniupkan kesejukan kala rasa panas melanda
Kamu seperti air, yang melepaskan rasa dahaga kala kehausan mendera

Kamu laksana mentari, yang menyambut setiap pagi dan memelukku dalam kehangatan
Kamu laksana pelangi, yang memberikan keindahan selepas hujan jatuh membasahi bumi

Kamu ibarat bintang, yang hanya bisa ku kagumi tanpa pernah sanggup untuk ku raih
Kamu ibarat kenangan, yang hanya mampu ku kenang dengan peluk dalam hati tanpa pernah mampu untuk ku hapus pergi

Kamu...
Nyatanya semuanya hanyalah sebuah repetisi tentang kamu
Repetisi tentang begitu berharganya dirimu di mataku
Repetisi tentang begitu berartinya dirimu dalam hatiku
Repetisi tentang kamu, yang sangat aku cintai tanpa pernah sanggup untuk ku miliki

Kamu...
Seseorang yang hanya sanggup ku isyarati lewat puisi-puisi ini
Lewat sajak-sajak yang sudah entah berapa banyak ku tulis di ruang kosong ini
Dengan harap, bahwa akan ada suatu hari nanti
Hari dimana kamu bisa mengerti isyarat yang ku kirimkan ini
Hingga akhirnya kamu akan luluh dengan cinta yang ku suguhkan untukmu

#Repetisi
#e

Pasuruan, 29 September 2019

Reca

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Entah jingga ataukah masih abu-abu. Aku tidak tahu seperti apa rupa dari perasaan itu saat ini. Apakah masih ada yang mengendapp diam-diam dalam hati. Ataukah semuanya telah menguap bagai air menjadi udara. Aku juga tidak tahu...

Seringkali aku renungi, bagaimana sebenarnya perasaan ini?. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh hati ini. Tapi, tiap kali juga namamu akan tiba-tiba hadir. Menyeruak begitu saja tanpa bisa ku hindari. Ia membawa kenangan bersamanya. Tawamu, amarahmu, diammu, bencimu, candamu semuanya yang menjadu candu untukku.

"Ah, begitu hebat satu nama itu, satu nama yang tak pernah bisa ku hapus begitu saja dalam hidupku," pikirku.

Bagaikan menemukan oase di gurun sahara, seperti itulah ketika aku menemukanmu. Bagaikan warna monokrom yang berubah menjadi pelangi seperti itulah ketika aku menemukanmu. Tanah datar yang biasanya ku pijak, seolah berubah menjadi terasiring ketika aku menemukanmu. Entah mengapa, setelah bertemu denganmu semua rasa bergabung menjadi satu. Kadang ada tangis, tawa, resah, tenang, sedih, bahagia, semua bercampur menjadi satu.

Kamu penyuka sunyi. Kamu lebih memilih kesunyian diantara keramaian yang bisa jadi mencipta bahagia dan keceriaan untukmu. Aku berulang kali harus berusaha menarikmu keluar dari dunia itu dan mengenalkanmu pada dunia orang-orang bersenda gurau bersama. Tapi, seringkali pula aku gagal melakukannya. Dan kemudian, akupun sadar kenapa aku selalu saja gagal melakukannya. Karena sejatinya sama sepertimu, aku juga penyuka sunyi.

Aku terbiasa merenung sendiri. Memeluk sunyi dalam keterdiaman. Menghabiskan waktu dalam kesepian yang berkepanjangan. Hanya sendiri. Tanpa suara, tanpa langkah, aku seolah reca. Dan aku tidak ingin kamu sepertiku. Itulah kenapa seringkali kali aku mengganggumu dan berulah mencipta kejengkelan untukmu. Agar kamu tahu bahwa aku ada disampingmu, selalu dalam segala macam situasi apapun. Aku ada.

Dua tahun saling mengenal sama-sama namun tetap tak mengubahku menjadi manusia. Aku tetaplah reca, meski kamu berubah menjadi manusia sejati sama seperti yang lainnya. Mengenal cinta, merasakan kehangatan disayangi, kamu menjadi manusia seutuhnya. Sementara aku tetap memilih menjadi reca terlebih ketika aku mendengar bahwa kamu tidak mungkin menjatuhkan hati pada temanmu sendiri. Aku, seutuhnya telah berubah menjadi reca saat itu juga. 

Aku membunuh mati perasaanku yang bahkan baru muncul kecambahnya. Aku menutup diri dari keramaian yang biasanya aku tawarkan padamu agar kamu memeluknya, bukan sunyi dan sepi yang kan kamu peluk dalam diam dan kesendirian. Biar, aku saja yang bersahabat dengan mereka. Biar aku saja yang tetap menjadi aku yang dulu, sementara kamu jangan. Berbahagialah pada dunia baru yang kamu kenal. Dan biar aku yang tetap setia pada sunyi, tetap merengkuh sepi. Biarkan aku tetap kembali menjadi reca....

#Reca
#e


Pasuruan, 26 September 2019

Perih

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Sudah saatnya bukan? 
Saya harus melepaskan
Semua ketidakpastian akan berdampingan denganmu di masa depan
Jangan berpikir bahwa saya sudah menemukan yg lainnya
Dan melepaskanmu pergi begitu saja
Karena demi Tuhan rasa ini masih tetap sama

Namun, waktu semakin bergerak maju
Tahun berganti tahun dan berlalu
Dan kamu, masih tetap menjadi ketidakpastian dihidupku
Karenanya saya belajar untuk berhenti
Detik ini, kan kupaksa mati cinta yg hanya kumiliki seorang diri

Kan ku kubur harapan bahwa kamulah yg tiba-tiba melpon kala itu
Kan ku kubur angan untuk bisa hidup menua bersamamu
Kan ku kubur inginku untuk bisa bersua kembali denganmu di saat-saat terakhirku nanti
Karena ku tahu, semua itu hanyalah kemustahilan yang hanya bisa menoreh perih

Rasanya tidak mudah, menyesakkan..
Terlebih perih..
Bagai luka yang disiram cuka
Memendam rasa sendirian pada seseorang adalah kesakitan tanpa kasat mata
Hanya dirimu sendiri yang merasakannya
Saya bahkan berkali-kali meyakinkan diri
Bahwa saya kuat, saya terbiasa jatuh cinta seorang diri
Kenapa tidak dengan sekarang??

Saya bisa, melepas kamu pergi
Ya, saya bisa dan harus bisa
Mengubur kamu sebagai kenang bukan kenang-kenangan
Hingga suatu saat nanti saya bisa mengenangmu tanpa kesakitan lagi

Terima kasih untuk kamu yang berhasil menoreh perih

#perih,18919

Pasuruan, 18 September 2019

Sebatas Kata

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Sampai sekarang masih selalu kamu yang ada di pikiranku. Pernahkah aku ada di pikiranmu walau hanya selintas saja? 

Andai melupakan bisa semudah ketika jatuh cinta, mungkin aku tak perlu bersujud di sepertiga malam hanya untuk meminta Tuhan menghapusmu dalam pikirku. Dan aku tak perlu meneteskan air mataku lagi tiap kali kenangan akan kamu berlarian dalam ingatanku.

Kamu mengetuk pintu kamar itu, dimana aku terbaring di sana menunggu kamu menepati janji unruk menjemputku setelah menunaikan kewajibanmu pada Tuhan. Setetes air mataku meluruh jatuh.

Kamu berada satu langkah di depanku, dan aku berdiri di belakangmu, mengikuti gerakan sholatmu dari takbiratul ikhram hinggga salam. Perlahan air mataku berubah menjadi hujan-hujan kecil.

Kamu menyuruhku masuk rumah kosan setiap kali selesai mengantarku pulang. Dan aku lebih memilih diam di tempat, hingga melihat punggungmu yang berjalan semakin jauh dari tempatku berpijak. Air mataku berubah tak terkendali.

Aku menekan dadaku berulang kali. Ku tepuk-tepuk ia, tempat dimana jantungku bersarang agar rasa sesak itu hilang. Namun, bukannya pergi ia malah semakin menyesakkan ketika sepenggal kisah-kisah sederhana lainnya tentang aku dan kamu kembali terulang dalam ingatan bak film yang di putar ulang.

Aku hanya bisa meneteskan air mata. Bukan untuk kepergianmu yang tak kembali lagi. Bukan pula untuk perasaanku yang tak pernah mendapatkan balasanmu. Tapi lebih kepada, ah..kenangan indah itu kapan bisa terulang lagi??

Percayakah kamu, jika saya berkata bahwa selama 26 tahun hidup saya, saya hanya bisa membuka diri pada satu lelaki saja...? Ya, kamu. Kamulah lelaki itu. Jujur, kamu memang bukanlah lelaki pertama yang mampu membuatku jatuh hati. Tapi, kamulah satu-satunya yang sangat berarti. Yang mampu membuatku berani membuka diri. Yang membuatku enggan untuk mencintai lagi. Selain kamu.

Tapi, pernahkah aku datang selintas dalam pikirmu?
Tidak(eh?!) (!!!)Pasti kamu akan menjawabnya seperti itu bukan? Tidak dulu, sekarang atau mungkin di masa mendatang. Aku tak akan pernah menempati setitik tempat di pikiranmu, terlebih hatimu.

Untuk kamu, yang menjadikan cintaku hanya mampu sebatas kata. Tanpa pernah peduli untuk membalasnya.

@sebataskata
#esp

Pasuruan, 3 September 2019

Pukul 3 Pagi

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Pukul 3 Pagi...
Sunyi...sepi....
Semua orang terlelap dalam tidurnya
Di buai mimpi indah yang menemaninya
Selimut hangat menjadi temannya
Hingga kenyamanan mereka dapatkan hanya dari menutup mata

Ah...bukankah nyaman itu mudah di dapatkan?

Pukul 3 pagi...
Telingaku menangkap suara tetesan air
Mataku melihat cahaya terang
Dan dengan jiwa yang masih belum sepenuhnya terkumpul
Aku bangkit dari tidurku

Ah...kenapa harus kembali ia yang hadir sekelebat dalam mimpiku?

Pukul 3 pagi....
Kembali aku mendengungkan namamu di langit sana
Berharap, jika memang benar kamulah jalanku
Yang terbaik untukku dan agamaku kelak di akhirat nanti
Semoga Tuhan mendekatkan kita sedekat nadi
Namun, jikalau sebaliknya
Semoga Tuhan menjauhkan kita, sejauh bumi dengan matahari

Ah...entah sudah berapa kali aku memintamu kepada Tuhan?

Pukul 3 pagi...
Tempat sujudku sudah basah
Entah darimana air yang membasahinya?
Namun, ketika kuusap wajahku dengan do'a terakhirku
Aku baru sadar, bahwa air itu jatuh dari pelupuk mataku

Ah...entah sudah berapa banyak air mataku menetes untukmu?

Pukul 3 pagi...
Hanya Tuhan yang tahu betapa aku benar-benar menyayangimu dan mencintaimu tanpa syarat apapun
Hanya Tuhan yang tahu betapa banyak namamu ku sebut dalam do'aku setiap hari, setiap detik dalam rutinitasku bersama dengan sang pemilik hati
Dan betapa banyak, aku menaruh harap pada Tuhan agar menjadikan kita menjadi satu, baik di dunia ini dan di akhirat nanti

Ah...lagi-lagi aku melantur bukan?

Pukul 3 pagi....
Waktu terbaikku bersama dengan Tuhan, juga kamu yang kuisyarati dalam do'a - do'aku

@pukul3pagi

#esp
Pasuruan, 25 Agustus 2019

Insinuasi

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments


Membicarakanmu tak kan pernah membuatku kehilangan waktu
Membicarakanmu tak kan pernah membuat aksaraku beku
Entah mengapa hingga saat ini namamu masih saja menghantuiku
Kenangmu masih saja membayangiku
Lantas bagaimana aku bisa berjalan ke masa depan?
Jika kamu masih saja menjadi alasan dalam penantianku

Bening itu jatuh membasahi pipi
Setiap kali teringat akan kenangan-kenangan kita dulu
Kita berkendara di bawah hujan lebat
Berdua, berteduh di sebuah toko kecil pinggir jalan
Dan kamu marah kala itu

Pertama kalinya aku melihatmu marah sepanjang aku mengenalmu
Bukan marah yang meledak-ledak, namun kamu malah diam
Mengabaikan keberadaanku dan asyik dengan duniamu sendiri
Tanpa peduli aku menahan bening yg berkaca-kaca dimataku

Ah...lelaki ini....
Sebegitu tidak inginkah ia menghabiskan hari bersama denganku?
Ah...lelaki ini...
Sebegitu  bencinyakah ia padaku?
Atau sebegitu tidak berartinya diriku untuknya?
Ia diam, dan aku hanya bisa mengikuti kediamannya

Sejak kejadian saat itu aku berkata pada diriku
Dia tidak suka denganku, dia membenciku
Dia ingin aku tidak mengganggunya, pintaku adalah neraka untuknya
Jangankan untuk berlama-lama bersamaku
Mengucapkan sepatah katapun enggan ia lakukan sepanjang hari itu
Dia ingin aku pergi selama-lamanya dalam hidupnya
Bahkan mungkin, dia enggan untuk bertemu kembali dg ku di kemudian hari
Bukankah benar begitu?
Atau itu hanya insinuasi dariku terhadapmu?

#insinuasi
#esp
#ditengahhujankalaitu


Pasuruan, 20 Agustus 2019

Luka

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments

Seiring waktu berlalu, tanpa kamu sadari
Kamu banyak kehilangan dan kehilangan banyak

Kamu menghilang dengan tiba-tiba
Memutuskan untuk menutup semua akun media sosialmu
Hanya untuk menjaga hatimu agar tidak terluka
Ketika kamu tanpa sengaja melihat dia yang kamu cintai bersanding dengan wanita lainnya

Kamu menutup telingamu rapat-rapat
Enggan untuk mendengar kabar yang akan meruntuhkan pertahanan hatimu
Hingga kamu lupa bahwa kamu telah menutup jalan silaturahmi tiba-tiba
Mengasingkan dirimu dari segala kabar dan cerita seputar teman-temanmu yg telah lama tak bersua

Dan kini kamu hanya bisa menyesal sendirian karena keegoisanmu semata
Kamu kehilangan satu persatu temanmu tanpa kamu tahu
Ada ia yang mempersiapkan pernikahan namun  Tuhan menghentikan takdirnya di dunia
Ada ia yang melahirkan malaikat kecil ke dunia namun harus menghembuskan nafas terakhirnya
Ada ia yang pergi keluar rumah namun tiba-tiba menutup matanya untuk selamanya

Satu hal yang kamu sadari dari semua itu
Bahwa kamu hanya bisa berencana sementara Tuhan adalah penentu takdirnya
Hingga kamu kemudian bertanya pada dirimu sendiri
Bisakah kamu tetap menunggu dia datang menjemputmu
Atau malah ajal yang menjemput lebih dulu?

Ada banyak keegoisan pada dirimu
Hanya untuk menghindari hatimu terluka
Kamu, takut terluka
Dan dari dulu hingga kini ketakutanmu masih sama
Pada satu kata yang kau sebut "luka"
Tanpa pernah kamu menyadarinya 
Bahwa seseorang yang paling dekat denganmu adalah yang paling berpotensi untuk membuatmu terluka

Ketika kamu tersadar, kamu malah menghindar
Dan bukannya menghadapinya
Kamu menutup semua akses orang-orang untuk mendekat
Hanya karena takut kembali pada satu kata itu
"Luka"
Kamu takut orang-orang baru itu akan melukaimu
Sama seperti yang pernah dilakukan oleh seseorang yang sangat berarti bagimu di masa lalu
Namun ia, tak peduli dan memilih pergi

Dan kini yang tersisa hanyalah dirimu sendiri
Meyakinkan diri untuk mampu menghadapi perjalanan hidup walau sendiri
Karena kamu takut, takut untuk meletakkan harapmu pada sebuah ilusi
Sama seperti yang kau lakukan dulu
Ketika kamu meletakkan hatimu pada lelaki itu
Lelaki yang tak pernah peduli betapa berharganya hatimu itu
Dan hanya menganggap kehadiranmu sebagai angin lalu

#luka

#untuk teman2ku yg telah berpulang lebih dulu, ma'af karena terlambat untuk mengucapkan do'a karena kepergianmu, semoga Tuhan menetapkan hatimu dg ketetapan yang benar dan semoga Tuhan memberikan tempat terindah disisi-Nya. Turut berduka cita teman2ku @temanku di smada pas 2008

#semogakamutahusayamasihmenunggu

Pasuruan, 19 Agustus 2019

Titik Henti

Posted by Kisara's Story at October 03, 2019 0 comments

Masih selalu kamu, alasan dari setiap air mataku..

Entah mengapa aku cengeng banget hari ini
Terlebih ketika kemarin lagi-lagi dapat undangan nikah dari teman terdekatku
Dan saat itu pulalah aku bertanya pada diriku sendiri
"Aku kapan?"

Hingga detik ini, aku masih berharap kamu kembali
Meninggalkan dia di masa lalumu, dan menyandingku di sbg masa depanmu

Aku masih berharap, sejauh apapun kamu pergi
Entah sedang berada di pulau bagian mana dirimu kini
Kamu masih akan selalu mengingatku
Tapi, itu semua hanya khayalanku bukan?
Kamu jauh, begitupun hatimu yg jauh dari pikiran ttg ku

Sementara aku, masih selalu saja sama 
Membawa segenap perasaanku padamu setiap harinya
Tanpa pernah berkurang sedikitpun

Aku menangis mengingat hal kecil tentangmu
Aku menangis melihat kejadian aneh yang pernah ku lewati bersamamu
Aku menangis ketika teringat tawamu 
Dan bahkan aku menangis mengingat betapa seringnya dulu kamu menjahiliku
Sementara sekarang, kita terpisah jarak dan waktu
Juga hati yang tidak pernah bertemu pada satu titik henti

Apakah aku harus berhenti sekarang? 
Apakah aku benar-benar harus melepaskanmu saat ini?
Apa aku sanggup??
Pertanyaan - pertanyaan itu kerapkali berkecamuk dalam otak kecilku

Aku tahu, tidak akan pernah ada habisnya jika kita menebak-nebak masa depan
Inginku bersamamu, selamanya sampai akhir
Tapi, apakah mungkin?
Apakah Tuhan merestui kita pada satu titik henti yang sama??
Entah.....

#Titikhenti
#orangyangmenghapuakenanganburukku 
#pes

Pasuruan, 5 Agustus 2019

 

Kisara's Diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang