Wednesday, July 11, 2018

Tangisku Karenamu




Aku menelponmu kala itu, satu kali, dua kali, tiga kali dan entah sudah berapa banyak kali aku menelponmu tapi tak ada satu balas pun darimu untukku bahkan begitupun dengan pesan-pesan yang ribuan kali ku kirim untukmu tak ada satupun menyentuh balasmu. Hingga sahabatkupun membantuku untuk menghubungimu, tapi tetap saja balas itu tak kunjung ku dapat darimu.
Aku kuatkan diriku dan membulatkan tekadku untuk pergi mengejar pekerjaan itu. Masih dengan tubuh gemetar dan rasa takut yang mejalar aku menaiki bus menuju kota asing itu. Dan taukah kau ketika aku tiba disana aku benar-benar baru sadar kalau aku benar-benar sendirian kala itu. Aku ambil air wudhlu dan mendirikan sholat di mushollah kecil dekat terminal itu. Aku meringkuk dan menangis sendirian di pojok atau sudut ruangan tempat sholat itu.
Kau tahu betapa kerasnya aku berusaha menahan tangisku kala itu agar aku tidak menampakkan rasa takutku pada orang-orang disana. Tapi kemudian telfon dari ayah dan sahabatku sedikit dapat menenangkan gelisahku. Kau tahu, aku ingin sekali marah di samping rasa sedihku kala itu. Tapi, kau tahu aku tak pernah bisa benar-benar marah padamu. Yang bisa kulakukan hanya menangis.
Aku menangis dan mengutuki diriku sendiri. Kenapa? Bahkan di tempat asing itupun aku masih berharap ada kamu. Ada suaramu yang menemaniku lewat suara Al-Qur’an yang kau dengungkan di mushollah itu. Aku bodoh bukan?
Sejak itulah aku tak bisa lagi menahan tangisku. Di sepanjang jalan dimana bis itu melaju mengatarkanku kembali pulang aku menangis sejadi-jadinya. Entah apa yang dipikirkan oleh kedua orang yang duduk di sampingku. Mungkin mereka akan berpikir bahwa aku adalah gadis yang menyedihkan. Benar-benar menyedihkan.

Tapi, aku tak peduli dengan semua anggapan mereka tentangku. Aku hanya ingin menangis saja sepuas-puasnya saat itu dan melepas semuanya. Bukan karena pekerjaan itu lepas dariku tapi karena aku membulatkan tekadku untuk melepaskanmu dan semua rasa dihatiku sejak saat itu. Kau tahu hanya tiga kali aku menangis seperti ini : saat aku lepas impianku, saat ku ikhlaskan ibuku dan saat aku melepasmu tepat dimana baru aku sadari perasaanku untukmu.





0 comments:

Post a Comment

Wednesday, July 11, 2018

Tangisku Karenamu

Posted by Kisara's Story at July 11, 2018



Aku menelponmu kala itu, satu kali, dua kali, tiga kali dan entah sudah berapa banyak kali aku menelponmu tapi tak ada satu balas pun darimu untukku bahkan begitupun dengan pesan-pesan yang ribuan kali ku kirim untukmu tak ada satupun menyentuh balasmu. Hingga sahabatkupun membantuku untuk menghubungimu, tapi tetap saja balas itu tak kunjung ku dapat darimu.
Aku kuatkan diriku dan membulatkan tekadku untuk pergi mengejar pekerjaan itu. Masih dengan tubuh gemetar dan rasa takut yang mejalar aku menaiki bus menuju kota asing itu. Dan taukah kau ketika aku tiba disana aku benar-benar baru sadar kalau aku benar-benar sendirian kala itu. Aku ambil air wudhlu dan mendirikan sholat di mushollah kecil dekat terminal itu. Aku meringkuk dan menangis sendirian di pojok atau sudut ruangan tempat sholat itu.
Kau tahu betapa kerasnya aku berusaha menahan tangisku kala itu agar aku tidak menampakkan rasa takutku pada orang-orang disana. Tapi kemudian telfon dari ayah dan sahabatku sedikit dapat menenangkan gelisahku. Kau tahu, aku ingin sekali marah di samping rasa sedihku kala itu. Tapi, kau tahu aku tak pernah bisa benar-benar marah padamu. Yang bisa kulakukan hanya menangis.
Aku menangis dan mengutuki diriku sendiri. Kenapa? Bahkan di tempat asing itupun aku masih berharap ada kamu. Ada suaramu yang menemaniku lewat suara Al-Qur’an yang kau dengungkan di mushollah itu. Aku bodoh bukan?
Sejak itulah aku tak bisa lagi menahan tangisku. Di sepanjang jalan dimana bis itu melaju mengatarkanku kembali pulang aku menangis sejadi-jadinya. Entah apa yang dipikirkan oleh kedua orang yang duduk di sampingku. Mungkin mereka akan berpikir bahwa aku adalah gadis yang menyedihkan. Benar-benar menyedihkan.

Tapi, aku tak peduli dengan semua anggapan mereka tentangku. Aku hanya ingin menangis saja sepuas-puasnya saat itu dan melepas semuanya. Bukan karena pekerjaan itu lepas dariku tapi karena aku membulatkan tekadku untuk melepaskanmu dan semua rasa dihatiku sejak saat itu. Kau tahu hanya tiga kali aku menangis seperti ini : saat aku lepas impianku, saat ku ikhlaskan ibuku dan saat aku melepasmu tepat dimana baru aku sadari perasaanku untukmu.





0 comments on "Tangisku Karenamu"

Post a Comment

 

Kisara's Diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang