Dulu, tidak
ada hari tanpa pertengkaran-pertengkaran diantara
kita. Saling salah paham dan berdebat dengan argument-argumen kita yang selalu
berbeda. Saling bercanda dan menggoda tanpa membawa perasaan kita. Bahkan
ketika kita bersama, dunia seolah hanya milik kita berdua. Kita bercekcok dan
adu mulut tanpa peduli yang lainnya. Saling ngambek, berantem, dan bahkan tidak
bertegur sapa. Lalu di beberapa menit berikutnya kita akan berbaikan dan
kembali saling tertawa bersama.
Tapi, sekarang berbeda. Meskipun
aku tidak ingin memikirkannya dan menutup mata, hanya kembali pada kebiasaan
kita aku tidak bisa. Rasanya aneh. Dan setiap kali aku melihatmu rasanya mual,
sesak dan tidaklah nyaman untukku. Kita tidak akan kembali seperti dulu. Aku
minta ma’af untuk itu. Sekalipun aku merindukan kebiasaan-kebiasaan bersamamu,
aku tetap tidak mau kembali seperti dulu. Ma’af…
Berdiri di sampingmu terlalu
melelahkan bagiku. Aku berusaha keras untukmu tapi kau tak pernah menyadari
itu. Aku selalu mengkhawatirkanmu, tapi kamu tidak pernah mempedulikan hal itu.
Aku bertahan, aku menahan begitu banyak kesakitan dan luka-luka hati karenamu.
Tapi sekarang tidak lagi. Aku tidak tahu seberapa parah cintaku untukmu.
Sekarang yang kurasa hanyalah kelelahan dan aku ingin berhenti dari itu.
Setelah ku renungi. Cara terbaik
adalah dengan berjalan mundur dan menjauh darimu. Karena sejak awal jalan kita
tidak akan pernah sama. Akan melelahkan untukku selalu berusaha berjalan
mengejar langkahmu karena itulah aku akan berjalan menjauh darimu.
Ketika sangat dekat dulu, aku
tidak menyadari perasaanmu padaku. Jika aku mati-matian mempertahankanmu untuk
tetap disampingku, tapi dirimu enggan untuk itu, percuma saja untukku. Jika aku
tetap menjaga cintaku untukmu sementara hatimu hanya memberikan cinta untuk
seseorang yang jauh disana, untuk apa kulakukan? Aku tidak akan lagi memaksamu
untuk tetap bertahan bersamaku sementara itu bukanlah inginmu. Tidak ada
artinya menahan tubuhmu sementara cintamu hanya untuk yang lain. Aku sadar,
ketika dua orang saling mencintai jarak dan waktupun tak akan mampu
menghalanginya. Namun, ketika salah satunya tidak ada cinta buat apa masih
bersama-sama. Bertahan untuk tidak bersama hanya akan melahirkan luka-luka yang
tiada habisnya.
Malang, 2016


0 comments:
Post a Comment