Ini tentang malam itu. Ketika hujan masih
turun rintik-rintik. Kau datang. Di bawah temaran cahaya lampu malam itu. Kau
terlihat begitu riang. Aku bertanya-tanya kenapa. Kau tersenyum ketika aku
mendekatimu. Namun kau berkata padaku bahwa kau akan segera pergi. Aku hanya
bisa diam dan tersenyum simpul dihadapanmu. Rasanya ingin sekali ku ucapkan
jangan pergi padamu. Tetaplah disini bersamaku lebih lama. Tapi itu egoisku
jika aku mengatakan itu padamu. Meski sebenarnya bukan begitu. Kau bukanlah
milikku karena itulah mengapa aku tak bisa mengatakan itu padamu.
Selepas kepergianmu saat itu aku
tak bisa tidr malam itu. Memikirkan tentangmu di sepanjang malam itu. Apakah
kau akan baik-baik saja? Jam berapa kau akan tiba? Semua kekhawatiran tentangmu
memenuhi pikiranku saat itu. Sama seperti kebiasaan-kebiasaanku yang selalu
mengkhawatirkanmu. Masih dengan kekhawatiran yang sama aku menunggumu kembali.
Menunggu setiap detik bunyi pesan di handphone dan berharap itu pesan darimu.
Ternyata memang benar adanya.
Namun, kamu tahu. Pesanmu
membuatku merasa sesak seketika. Kau menjelaskan keberadaanmu padaku. Dan
itulah alasan kenapa kamu lama membalas pesanmu. Tanganku bergetar saat membuka
dan membaca pesan darimu itu. Mataku mulai berkaca-kaca karena menahan tangis
yang ku redam. Ketika ku tahu kamu pergi untuk menemuinya. Dia yang dulu pernah
mengisi hatimu. Dan sekarangpun kembali mengisi hatimu. Aku menggodamu dan
meledekmu. Namun tertera rasa marah dalam pesanmu. Kenapa? Bukan senang. Tapi
kau marah kalau aku meledekmu.
Aku sungguh tidak mengerti
dirimu. Emosimu bisa dengan mudahnya berubah bila bersamaku. Tapi ketika dengan
yang lain kau bersikap santai. Apakah kamu tahu sikapmu yang seperti itu selalu
membuatku penasaran. Terkadang aku ingin bisa membaca hatimu. Mengecap setiap
asa yang tidak kamu ucap. Apakah aku inginmu? Terkadang aku ingin bisa membaca
hatimu. Mengetahui setiap debar perasaanmu. Adakah rasamu untukku? Rasa
penasaran itu selalu menghantuiku. Meskipun ku tahu kamu pergi untuk
menemuinya. Meskipun dengan jelas kamu telah memilihnya. Tapi tetap saja aku
ingin tahu tentang perasaanmu padaku. Ingin dapat mengerti dirimu. Bodoh kan
aku. Untuk diriku yang tidak bisa mengerti dirinya sendiri, aku berusaha untuk
bisa memahamimu.
Malang,
10 Januari 2015


0 comments:
Post a Comment