Tanganku tiba-tiba gemetar dan kehilangan kekuatannya. Hampir saja ponsel
itu terjatuh lagi. Setelah aku mendengar kabar bahwa kau akan menikah
dengannya. Kakiku lemas seolah tak ada sendi yang menopangnya. Tuhan, kenapa
ini terjadi lagi. Baru saja aku menyadari perasaanku padamu tapi seketika itu
pula aku seolah dipaksa harus melepas perasaan itu.
Aku menyuruhmu hidup bahagia. Jika
dengannya kau bahagia aku bisa apa. Apakah aku harus menyalahkan Tuhan? Jika ternyata
kau dan aku hanya dipertemukan bukan untuk bersama selamanya. Aku mengutuki
diriku sendiri setiap harinya. Bahwa aku terlalu naïf dan bodoh karena percaya
akan semua kebohongan-kebohonganmu bahwa kau ingin lepas darinya dan ingin dia
melepasmu. Tapi apa? Nyatanya kau akan menghabiskan seluruh hidupmu bersamanya.
Aku egois bukan? Harusnya aku bahagia
melihatmu bahagia bersamanya. Tapi nyatanya aku menjelma menjadi gadis jahat
yang tak ingin bahwa kabar yang ku dengar adalah suatu kebenaran yang nyata.
“Kau dan aku tak bisa bersama…
Bagai syair lagu tak berirama
Selamat tinggal kenangan denganku
Senyumku melepaskan kau pergi”
~Mencari Cinta Sejati, Cakra Khan~
Sepeti syair lagu itu. Selamanya
kau dan aku tak mungkin bisa bersama. Sebanyak apapun air mataku menetes
untukmu, selama apapun aku menunggumu dengan setia, semuanya tak akan berarti
apa-apa bukan?
Tuhan yang menghendaki kau dengannya. Dan aku tak bisa berbuat apa-apa
selain berserah pasrah dengan takdirnya. Tuhan, sampai kapan aku harus menunggu?
Ketika aku yakin Engkau pertemukan dia untukku nyatanya dia jodoh orang lain.
Tuhan, bukankah aku selalu menjaga diriki karena-Mu? Lantas, belum baikkah
diriku hingga masih saja belum Engkau hadirkan jodohku?
Oh, aku berdosa karena sempat meragukan-Mu bukan? Ma’af Tuhan..Kini aku
akan kembali pada hijrahku karena aku percaya bahwa janjimu adalah nyata.
Tuhan, jaga dia untukku.


0 comments:
Post a Comment