Wednesday, July 11, 2018

Kau Bersembunyi di Balik Pertanyaan Itu…




Hari ini, kau membuatku terkejut seketika. Hingga jantungku berdegub denga ritme tak beraturan. Kau tersenyum dengan manisnya. Dan menyapaku dengan ceria.
Lagi..lagi..tingkah jenakamu membuatku tersenyum. Ekspresi bingungmu membuatku ingin memelukmu dan menenangkanmu. Tapi, aku tahu itu tidak bisa ku lakukan. Dan tak mungkin untuk ku lakukan. Karena kau, aku, tak akan pernah menjadi kita.
Detik berikutnya…kau mendekatiku tiba-tiba. Tapi, aku tak berjingkat seperti biasanya. Karena kau bukan orang asing bagiku. Aku sudah terbiasa denganmu. Bahkan ketika wajahmu hanya berjarak beberapa senti di depanku.
Lagi..lagi..kau menggodaku seperti biasanya. Namun bukan tentang rayuanmu. Bukan tentang candaanmu seperti biasanya. Tapi tentang orang lain. Pertanyaanmu tentang perasaanku pada orang lain di antara kita.
Aku tak tahu. Apakah itu godaanmu seperti biasa untukku? Ataukah kau hanya bersembunyi di balik pertanyaan itu. Kau bertanya padaku, bagaimana perasaanku karnanya?
Aku mejawab singkat “aku senang”. Tapi, ada kekecewaan di wajahku yang terbaca olehmu. “Sayang sekali dia tidak mengenakannya,” ucapku. “Kenapa memangnya?” tanyamu lebih lanjut. “Ketika dia mengenakannya dia akan mirip dengan seseorang,” jelasku. Kau bertanya lagi..lagi dan lagi. Apakah kau sepenasaran itu? Ketika aku enggan untuk menjawabnya, kau beralih lagi menggodaku. Entah itu memang inginmu, ataukah kau sengaja ingin menyembunyikan rasa penasaranmu.
Beberapa jam berikutnya. Kau menceritakan semuanya pada teman-temanmu. Tentang raut wajahku dan tentang perkataanmu. Entah kau sengaja ingin menggodaku. Atau karena alasan lainnya aku tak tahu.
Menit berikutnya….
Kau memanggilku. Mengajakku berbicara berdua. Tanpa ada yang tahu, karena memang tak ada yang boleh tahu. Karena itu memang harusnya menjadi rahasia yang harus kau jaga. Tapi, kau mengatakannya. Meski dengan cara yang lain. Kau mengatakannya..
“Jika dia diterima…traktir aku ya…,” ucapmu.
Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba kau mengatakan itu. Ketika kau mengatakan itu, ekspresi senangmu dipaksakan. Aku tak melihat ada raut bahagia di wajahmu ketika kau mengatakannya. Aku menolak permintaanmu. Dengan tegas aku katakana : “dia diterima atau tidak, tidak ada untungnya untukku,” ucapku.
“Tapi kau senang kan?” ucapmu masih dengan penuh tanya. Aku tak mengerti maksud kau mengatakan itu. Aku hanya tetap menolak permintaanmu. Lalu kau mempertegas ucapanmu. Membuatku mengerti kalau pada akhirnya dia diterima. Yang berarti pula kau mengatakan rahasia yang seharusnya kau jaga.
Waktu berikutnya…
Aku tak mengerti apa maksud kau mengatakan itu. Apakah kau ingin melihatku senang karena mengetahui hal itu? Ataukah kau hanya penasaran dengan ekspresiku jika aku mengetahui hal itu. Kau bodoh…
Kau orang terbodoh yang pernah ku kenal di sepanjang hidupku. Atau mungkin kau pura-pura bodoh dan tidak peka? Harusnya kau tahu selama ini aku hanya berpura-pura.
Membicarakannya setiap waktu, memujinya setiap waktu, bahkan membandingkannya dengan cinta pertamaku hanya untuk mengetahui bagaimana ekspresimu. Dan untuk mengetahui bagaimana perasaanmu untukku. Karena aku tak mengerti hatiku, makanya aku ingin mengetahuinya dengan mengerti hatinya. Hanya itu..
Malang, 17 Desember 2015






0 comments:

Post a Comment

Wednesday, July 11, 2018

Kau Bersembunyi di Balik Pertanyaan Itu…

Posted by Kisara's Story at July 11, 2018



Hari ini, kau membuatku terkejut seketika. Hingga jantungku berdegub denga ritme tak beraturan. Kau tersenyum dengan manisnya. Dan menyapaku dengan ceria.
Lagi..lagi..tingkah jenakamu membuatku tersenyum. Ekspresi bingungmu membuatku ingin memelukmu dan menenangkanmu. Tapi, aku tahu itu tidak bisa ku lakukan. Dan tak mungkin untuk ku lakukan. Karena kau, aku, tak akan pernah menjadi kita.
Detik berikutnya…kau mendekatiku tiba-tiba. Tapi, aku tak berjingkat seperti biasanya. Karena kau bukan orang asing bagiku. Aku sudah terbiasa denganmu. Bahkan ketika wajahmu hanya berjarak beberapa senti di depanku.
Lagi..lagi..kau menggodaku seperti biasanya. Namun bukan tentang rayuanmu. Bukan tentang candaanmu seperti biasanya. Tapi tentang orang lain. Pertanyaanmu tentang perasaanku pada orang lain di antara kita.
Aku tak tahu. Apakah itu godaanmu seperti biasa untukku? Ataukah kau hanya bersembunyi di balik pertanyaan itu. Kau bertanya padaku, bagaimana perasaanku karnanya?
Aku mejawab singkat “aku senang”. Tapi, ada kekecewaan di wajahku yang terbaca olehmu. “Sayang sekali dia tidak mengenakannya,” ucapku. “Kenapa memangnya?” tanyamu lebih lanjut. “Ketika dia mengenakannya dia akan mirip dengan seseorang,” jelasku. Kau bertanya lagi..lagi dan lagi. Apakah kau sepenasaran itu? Ketika aku enggan untuk menjawabnya, kau beralih lagi menggodaku. Entah itu memang inginmu, ataukah kau sengaja ingin menyembunyikan rasa penasaranmu.
Beberapa jam berikutnya. Kau menceritakan semuanya pada teman-temanmu. Tentang raut wajahku dan tentang perkataanmu. Entah kau sengaja ingin menggodaku. Atau karena alasan lainnya aku tak tahu.
Menit berikutnya….
Kau memanggilku. Mengajakku berbicara berdua. Tanpa ada yang tahu, karena memang tak ada yang boleh tahu. Karena itu memang harusnya menjadi rahasia yang harus kau jaga. Tapi, kau mengatakannya. Meski dengan cara yang lain. Kau mengatakannya..
“Jika dia diterima…traktir aku ya…,” ucapmu.
Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba kau mengatakan itu. Ketika kau mengatakan itu, ekspresi senangmu dipaksakan. Aku tak melihat ada raut bahagia di wajahmu ketika kau mengatakannya. Aku menolak permintaanmu. Dengan tegas aku katakana : “dia diterima atau tidak, tidak ada untungnya untukku,” ucapku.
“Tapi kau senang kan?” ucapmu masih dengan penuh tanya. Aku tak mengerti maksud kau mengatakan itu. Aku hanya tetap menolak permintaanmu. Lalu kau mempertegas ucapanmu. Membuatku mengerti kalau pada akhirnya dia diterima. Yang berarti pula kau mengatakan rahasia yang seharusnya kau jaga.
Waktu berikutnya…
Aku tak mengerti apa maksud kau mengatakan itu. Apakah kau ingin melihatku senang karena mengetahui hal itu? Ataukah kau hanya penasaran dengan ekspresiku jika aku mengetahui hal itu. Kau bodoh…
Kau orang terbodoh yang pernah ku kenal di sepanjang hidupku. Atau mungkin kau pura-pura bodoh dan tidak peka? Harusnya kau tahu selama ini aku hanya berpura-pura.
Membicarakannya setiap waktu, memujinya setiap waktu, bahkan membandingkannya dengan cinta pertamaku hanya untuk mengetahui bagaimana ekspresimu. Dan untuk mengetahui bagaimana perasaanmu untukku. Karena aku tak mengerti hatiku, makanya aku ingin mengetahuinya dengan mengerti hatinya. Hanya itu..
Malang, 17 Desember 2015






0 comments on "Kau Bersembunyi di Balik Pertanyaan Itu…"

Post a Comment

 

Kisara's Diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang