0
Yang ku ingat dari menjaga warung atau toko adalah ketika saat itu. Saat kamu yang mengenakan kemeja lengan pendek kotak berwarna biru, tiba-tiba berdiri tepat di depan toko. Membeli beberapa makanan kecil dan hendak membayarnya. Namun, aku hanya diam, saking terkejutnya melihatmu tiba-tiba. Dan kamu hanya memperhatikan dengan mata empatmu dan kemudian senyum kecilmu memancar ketika melihat tingkahku yang tiba-tiba gagu dan aneh..
Mungkin saat itu kamu berpikir “dari mana gadis aneh ini berasal”?
Karena kamu pasti berpikir bahwa itu adalah pertemuan pertamamu denganku. Tapi, aku mengingat setiap detailnya, detail pertemuan pertama kita. Bukan saat itu, tapi beberapa saat yang jauh sebelum itu.. kita pernah bertem. Sebuah pertemuan sederhana, yang kemudian mengantarkan kita pada pertemuan-pertemuan berikutnya yang terkesan sederhana pula
Sejak saat itu, kamu tahu?
Aku selalu menanti kapan hari libur itu tiba. Saat itu masih ada libur tiga bulan, hingga aku bisa menghabiskan seluruh liburanku di sana meskipun aku tahu dari jangka waktu tiga bulan itu kemungkinan untuk bertemu denganmu hanya 3 menit per 90 hari. Aneh bukan, dalam 3 bulan hanya dihapuskan oleh 180 detik saja, tapi itu sudah bisa menghapuskan segala asa dan perasaan yang entah apa, yang tak pernah ku tahu namanya saat itu…
Rindu? Ya sebut saja dengan istilah itu…
Karena kini aku tengah mengerti dan aku adalah yang paling tahu bagaimana rasanya itu. Kadang jika bisa meminta hal apa saja, aku akan meminta untuk kembali. Kembali ke saat itu, saat dimana semua belum terasa sulit dan rumit seperti sekarang ini
Tapi, tetap saja tidak mungkin dan tidak bisa bukan??
Terkadang lebih dari apapun, yang kuingin bukanlah balasan dari sebuah perasaan asing yang tiba-tiba merasuk dalam diriku. Tidak, tidak sekalipun aku berharap itu akan berbalas.
Aku hanya ingin semua tetap sama dan tidak berubah. Ada kamu, ada dia, ada mereka dan juga yang lainnya Itu saja. Namun, seiring waktu bergulir semua berjalan, berjalan meninggalkan. Sama sepertiku yang meninggalkanmu saat itu.
Bukan, bukan bermaksud meninggalkan, aku hanya kembali, kembali pada kehidupanku. Karenanya aku meninggalkan kampung halaman itu. Dan ketika aku kembali. Semua berubah, tidak lagi sama, begitu juga dengan kamu. Pohon mangga di pekarangan rumahmu masih ada. Keramik hijau yang menjadi background dinding rumahmu juga masih sama.
Tapi, tidak dengan kamu…
Tapi, tidak dengan kamu…
Aku tidak pernah melihatmu lagi, bahkan sekalipun aku menunggu di beranda rumah nenekku seperti kebiasaan kecilku dulu. Kamu tidak ada, kamu tidak lagi berjalan ke surau melewati halaman rumah itu. Kamu berjalan ke arah yang lain bersama dengan dia. Seorang wanita istimewa yang ku dengar dari orang-orang menjadi pendamping hidupmu.
Terima kasih, karena telah menemukan wanita yang seperti itu. Aku tak perlu bertemu dengannya untuk tahu bahwa ia adalah yang terbaik. Karena sejak kamu menghalalkannya untuk mendampingimu. Maka aku percaya bahwa dia memang wanita yang hebat untukmu, untuk agamamu dan kehidupanmu kelak di akhirat nanti.
Terima kasih, sudah berbahagia
Pahlawan kecilku,,,
~End~