Dulu, ketika aku berkata aku ingin pergi jauh, jauh sekali,
kamu hanya menatapku lamat-lamat, namun tak bertanya tentang alasannya. Seolah
kamu tahu tanpa aku harus mengatakan alasannya. Hingga kemudian kau berkata :
"Pergilah, pergilah yang jauh dan jangan kembali.."
Dan suatu ketika pula, saat kau mempunyai ingin yang sama
dengan ku untuk pergi sejauh mungkin, akupun melakukan hal yg sama, menatapmu
lamat-lamat sembari berkata:
"Pergilah..." tanpa menuntut alasanmu untuk pergi.
Namun, kita tidak benar-benar pergi saat itu.
Pada akhirnya kita pun saling meninggalkan dan melepaskan
kemudian. Saat itu kita tidak sadar bahwa meninggalkan dan melepaskan adalah
bagian dari pergi itu sendiri. Dengan polosnya kita hanya berpikir bahwa kita
hanya saling meninggalkan dan melepaskan, tapi tidak pergi.
Aku teringat lagi peristiwa itu. Ketika aku dihadapkan pada
pilihan yang sama. Antara tetap tinggal ataukah pergi. Tapi, apa kamu tahu
alasannya sekarang? Ya, kamu mungkin tahu, bahkan sekalipun aku tak
mengatakannya seperti dulu, namun sekarang menjadi mustahil adanya, ketika kamu
tak lagi mampu untuk menatapku dan mencari alasan itu di dalam mataku.
Dan akupun tak punya hak lagi untuk mengatakannya
padamu tentang segala hal yang terjadi padaku, bukankah begitu? Aku tak ingin
mengganggumu, aku tak mau membebanimu dan itulah janjiku. Karenanya, kini
selain Tuhan, tak ada lagi yang dapat kubagi cerita hidupku bukan? Karena kamu,
sudah pergi terlalu jauh, dan aku tak punya lagi keberanian untuk berjalan atau
berlari menujumu lagi..


0 comments:
Post a Comment